Suasana peluncuran Kalender Rowot Sasak di Badan Perpustakaan dan Arsip NTB, Senin (23/6/2014) |
Sistem penanggalan Sasak yang selama
ini terkesan “mati” dan tidak pernah lagi digunakan oleh masyarakat adat
khususnya di Pulau Lombok kembali “dihidupkan”. Hal itu dilakukan dengan
diadakannya acara peluncuran kalender “Rowot Sasak” yang berlangsung di Aula
Kantor Badan Perpustakaan Daerah
Senin 23 Juni 2014.
Adapun, kalender Rowot Sasak adalah
sebuah sistem penanggalan yang konon kerap digunakan oleh para nenek moyang dan
leluhur suku Sasak (Lombok).
Demikian dikatakan oleh Direktur Lembaga Rowot Nusantara Lombok, L. Ari Irawan, M.Pd., selaku penggagas agar dihidupkan dan dimunculkannya kembali sistem penanggalan tersebut. Diterangkan Ari bahwa dirinya telah melakukan penelusuran terhadap sistem penanggalan tersebut sejak awal 2011 lalu.
Demikian dikatakan oleh Direktur Lembaga Rowot Nusantara Lombok, L. Ari Irawan, M.Pd., selaku penggagas agar dihidupkan dan dimunculkannya kembali sistem penanggalan tersebut. Diterangkan Ari bahwa dirinya telah melakukan penelusuran terhadap sistem penanggalan tersebut sejak awal 2011 lalu.
Ia bertekad untuk memunculkan kembali hal tersebut demi
mempertahankan eksistensi tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh
masyarakat suku Sasak Lombok. “Sebetulnya sistem penanggalan yang
kita munculkan ini bukanlah murni penemuan saya, melainkan ini adalah kearifan
lokal yang ada di Gumi Sasak, namun selama ini sudah mulai jarang digunakan
oleh masyarakat setempat. Sistem penanggalan ini sudah ada sejak beberapa puluh
abad yang lalu dan kerap digunakan oleh nenek moyang kita,” terangnya.
Adanya pemunculan
kembali sistem penanggalan tersebut, masyarakat khususnya suku Sasak memulai
kembali untuk mengimplementasikan sebagai bentuk apresiasi terhadap kearifan
lokal dan kearifan tradisi yang ada. Dikatakannya sistem penanggalan tersebut
menggunakan patokan, seluruh gejala alam sebagai landasan penentuan tanggal.
“Ini adalah sebuah kearifan Lokal
yang harus kita pertahankan, jadi sistem penanggalan ini tidak hanya
menggunakan satu landasan tertentu dalam penentuan tanggalnya, melainkan banyak
sekali fenomena – fenomena dan gejala alam yang dijadikan patokan sebagai
landasannya beberapa di antaranya yakni, kemunculan Bintang Rowot, sebagai
penanda pergantian bulan, orbit matahari, dan beberapa gejala lainnya yang ada
di bumi,” terangnya.
Diterangkan Ari, bahwa sistem
penanggalan tersebut merupakan salah satu sistem terlengkap dari beberapa
sistem penanggalan yang ada. “Sebetulnya ini adalah sebuah warisan tradisi yang
diturunkan oleh nenek moyang kita yang sangat luar biasa. Sistem penanggalanya
saya rasa cukup sempurna. Sistem penanggalan yang ada pada kelender rowot ini
sangat kompleks dan mencakup seluruh aspek yang ada,” imbuhnya.
Ari meyakini, dalam setiap
pergantian Bulan atau Tanggal pada
kalender tersebut, banyak gejala – gejala dan faktor tertentu sebagai
penandanya. “Dalam pergantian Bulan misalnya, dalam penanggalan Sasak ini di
tandai dengan munculnya bintang Rowot, dengan munculnya bintang tersebut maka
pertanda dalam kalender Sasak itu sudah masuk Bulan Kedua Jumahir-Alif,”
katanya.
Meski demikian, Penggagas pemunculan kembali sistem penanggalan tersebut mengaku kewalahan untuk menentukan Serial Tahun untuk kalender tersebut. Pihaknya mengatakan sejauh ini belum ada penelitian yang dilakukan perihal serial tahun dalam kalender. Namun ari berjanji akan segera mencari langkah dan membangun kerjasama dengan pihak – pihak tertentu untuk merunut sejarah terkait serial tahun. “Tentunya hal itu akan menjadi “PR”kami selanjutnya untuk merunut dan mencari tahu serta menentukan serial tahun, dan jujur itulah yang menjadi kendala kami saat ini. Kami akan membangun kerjasama dan berkoordinasi dengan badan – badan tertentu, di antaranya arkeologi, filologi dan geologi untuk memecahkan masalah tersebut,” tandasnya. (suara ntb)
0 komentar:
Post a Comment