Be Your Inspiration

Saturday, 26 March 2016

Jumat Agung di Mataram Berlangsung Khidmat

Dramatisasi kisah sengsara Yesus Kristus
saat perayaan Jumat Agung pada Jumat (25/3)
di Gereja Santa Maria Immaculata Mataram
Perayaan Jumat Agung atau mengenang wafat Yesus Kristus berlangsung khidmat di Mataram, Jumat (25/3/2016). Di Gereja Santa Maria Immaculata Mataram, misa Jumat Agung dimulai pukul 15.00 Wita dalam suasana yang khidmat.
Misa dipimpin oleh RD. Yohanes Kadek Ariana, S.S., M.Pd. Misa Jumat Agung dilengkapi dengan prosesi pasio atau menceritakan kisah penyaliban Yesus Kristus. Setelah itu dilaksanakan prosesi penciuman salib.

Dalam khotbahnya, Romo Ariana, menyampaikan, misteri Paskah adalah mengenangkan wafat Yesus. Dari sana umat diminta untuk berani belajar dan berkorban. “Korban yang diberikan dengan ketulusan,” ujarnya.
Perayaan Jumat Agung juga ditandai dengan jalan salib meriah atau dikenal dengan istilah Tablo. Atau dramatisasi kisah sengsara Yesus. Tablo dilaksanakan Jumat (25/3), pukul 09.00 Wita di Gereja Santa Maria Immaculata Mataram.
Kisah penyaliban Yesus itu berdasarkan dengan kisah dalam Kitab Suci. Sejumlah pemuda yang tergabung ke dalam Orang Muda Katolik (OMK) Santo Paulus Mataram, mengisahkan kisah sengsara itu ke dalam bentuk drama. Beberapa orang memerankan tokoh-tokoh dalam kisah itu. Kisah sengsara Yesus itu menceritakan kisah penyaliban Yesus sampai wafatnya di Salib.
Sejumlah umat Katolik yang datang mengikuti dengan khusyuk setiap adegan yang ditampilkan. Banyak juga di antara umat yang menitikkan air mata menyaksikan dramatisasi kisah sengsara itu. Terutama melihat penyiksaan terhadap tokoh Yesus, dan saat tokoh Yesus itu memikul salib sembari didera.
Menurut, Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San, yang turut menyaksikan Tablo, mengemukakan, Tablo adalah kisah sengsara Yesus Kristus yang didramatisir. Berbicara tentang penderitaan Yesus yang diambil dalam Kitab Suci. “Supaya kisah itu menjadi hidup,” ujarnya.
Dari dramatisasi itu, diharapkan bagi umat Kristen Katolik, mengambil hikmah atau makna dari kisah itu.
“Kematian Yesus, tanda Allah mau bersolider dengan manusia, dan mau menyelematkan manusia melalui penderitaannya itu. Kematian Yesus, bukan suatu mala petaka, melainkan yang dikehendaki oleh Allah, untuk menyelematkan manusia. Ketika kematian, ia bangkit, itu yang dirayakan di pesta Paskah. Dengan kebangkitannya di antara orang mati, dimuliakan, maka penderitaannya semakin bermakna,” jelas Silvester.
Ia menjelaskan, bagi umat Katolik, mati dan bangkit dari penderitaan Yesus, sebagai suatu yang bermakan. Yesus menderita memikul salibnya, maka orang Kristen memikul salibnya setiap hari, salib itu akan mencapai kemuliaan.
“Ketika orang-orang Kristen Katolik mengalami penderitaan, salib simbol penderitaan, tantangan, kesulitan di dalam hidup ini.  dengan menyaksikan penderitaan Yesus itu, ketika mengalami penderitaan yang sama, mereka menjadi kuat,” terangnya.
Silvester menambahkan, jika orang Katolik yang sungguh-sungguh menekuni imannya dengan baik, ia akan menjadi warga negara yang baik.
Perayaan Jumat Agung atau mengenang wafat Yesus Kristus merupakan bagian dari perayaan Pekan Suci, yang dimulai sejak Minggu (20/3), kemudian pada Kamis (24/3) lalu dirayakan Kamis Putih, sampai Minggu (27/3) nanti merayakan perayaan Paskah bagi umat Kristen. (roni)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive