Panorama di Desa Perigi yang mempesona. Sayangnya, potensi ini belum dikelola maksimal. |
Kabut tebal merayap menuju
dataran rendah. Awan yang bergulung-gulung menyelimuti desa dan dusun serta
laut pembelah pulau Lombok dengan Sumbawa. Matahari perlahan menjauh dari muka
bumi. Pemakaman kuno yang terletak di kaki Rinjani terlihat di kejauhan.
Suasana bertambah dingin.
DESA Kuno Perigi
benar-benar terkesan seperti gardu pandang yang menghamparkan sejuta pesona
pariwisata di daerah ini. Selain menyimpan cerita kuno tentang riwayat
peradaban Pulau Lombok, desa di Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur ini
juga siap memanjakan pelancong dengan panorama alam yang menakjubkan.
Di desa yang sudah mekar
menjadi Desa Mekar Sari, terdapat puluhan titik destinasi yang layak dikunjungi
wisatawan. Sayangnya, masyarakat yang bermukim di desa setempat tak punya daya
dan upaya untuk mengolah kawasan tersebut sehingga benar-benar menjadi objek
pariwisata. objek pariwisata dengan pelayanan yang layak diberikan kepada para
turis baik domestik maupun mancanegara.
"Kita di sini
sebetulnya punya banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan. Sayangnya,
masyarakat tidak pernah disentuh upaya pemberdayaan sehingga berkemampuan
mengelola kawasan ini menjadi objek pariwisata," tutur Fauzi Ketua Pamhut
KPH Rinjani Selatan, di kampungnya Dusun Blumbung Utara, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Suela, Sabtu (12/3/2016).
Fauzi menjabarkan, potensi
pariwisata di tempat tersebut tidak hanya terwujud seperti pesona alam berupa
pemandangan. Kehidupan sosial masyarakat serta situs-situs bersejarah juga
menjadi destinasi penting untuk ditawarkan sebagai produk pada tiap-tiap
pelancong yang berkunjung. Situs-situs bersejarah yang bisa dieksplorasi
sebagai destinasi wisata berupa pemakaman-pemakaman kuno di wilayah setempat.
Melihat keelokan matahari terbit dari Desa kuno Prigi Suela Lombok Timur |
"Di sini ada pemakaman
kuno, beberapa diantaranya ada makam Mudung Bawaq Bakang, Makam Kebaloq Berek,
Batu Renteng dan lain sebagainya. Itu semua situs yang memiliki nilai historis
yang tinggi. Di makam Mudung ini merupakan lokasi pemakaman Raden Sandubaya,"
tuturnya sembari mengarahkan telunjuknya ke hadapan batu nisan yang tinggi.
Dirinya menjabarkan,
Selain Makam Mudung, makam Kebaloq Berek juga tak kalah menariknya untuk
dijelajahi. Konon, makam tersebut merupakan leluhur orang Bali. hingga saat
ini, makam tersebut sering dikunjungi oleh umat Hindu di masa-masa tertentu.
"Di makam Mudung ini,
juga pernah datang seorang sultan dari Yogyakarta. mereka menginap selama tiga
hari tiga malam. Tujuannya, katanya mau mencari satu kesatuan hubungan antara
keberadaan makam tersebut dengan situs-situs bersejarah yang ada di
Jogjakarta," bebernya.
Selain bukti sejarah yang
bersifat otentik berupa pemakaman, di wilayah tersebut juga sempat ditemukan
sebuah arca siwa berukuran mini. Penemuan itu terjadi pada era 1990-an.
sekarang, arca tersebut disimpan menjadi koleksi cagar budaya di Museum Negeri
NTB.
Selain pemakaman, beberapa
spot wisata yang bisa ditawarkan sebagai objek wisata antara lain; Batu
Petokak, Batu Bedait dan Pancor Seruni. masing-masing spot wisata di tempat itu
memiliki cerita tersendiri. Salah satunya Batu Bedait. Konon, pada zaman dulu
lokasi tersebut merupakan tempat pertemuan-pertemuan besar yang dilakukan oleh
petinggi kerajaan.
Desa Perigi, dalam catatan
tentang sejarah peradaban Lombok, disebut-sebut sebagai tempat kelahiran Raden
Arya Banjar Getas. Masyarakat setempat tidak membantah informasi tersebut. Di
kawasan tersebut juga masih terdepat sebuah desa yang menjadi lokasi
penyimpanan arsip bersejarah berupa catatan di atas daun lontar.
Melihat potensi yang
sedemikian rupa, Penjelajah Ary Garmono komunitas yang berkompetensi dalam
bidang pemberdayaan masyarakat kepariwisataan mendatangi lokasi tersebut.
Penduduk yang bermukim di desa setempat dikumpulkannya untuk mengikuti
penataran dalam rangka membuka kesadaran mengenai sistem pengelolaan objek
pariwisata. Kedatangan komunitas tersebut disambut hangat semua masyarakat yang
selama ini hanya menggantungkan nasib menjadi petani. Masyarakat yang hanya
mengharapkan hasil bumi dan hutan tidak mampu memperbaiki perekonomian sehingga
menjadi lebih baik.
"Melihat potensinya,
ini kawasan yang sangat layak dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.
Kesadaran tentang sistem tata kelola industri pariwisata harus ditularkan
kepada penduduk setempat. Ini dalam rangka menekan angka kemiskinan bagi
masyarakat yang bermukim di lereng hutan," katanya.
Masyarakat setempat betul-betul haus sentuhan dan pemberdayaan. Masyarakat membutuhkan penataran yang khusus sehingga terampil memanfaatkan lingkungan disekelilingnya yang mempesona. Desa kuno Perigi selama ini ibaratnya menjadi berlian hijau yang tersembunyi di kaki Rinjani. Potensi besar dalam sektor kepariwisataan lokasi tersebut terbuang sia-sia, Padahal, wilayah itu menawarkan keindahan alam dari pagi sampai pagi lagi. (sahmat darmi)
0 komentar:
Post a Comment