Be Your Inspiration

Monday 14 March 2016

Melihat Desa Kuno Perigi di Suela Lombok Timur yang Terabaikan

Panorama di Desa Perigi yang mempesona. Sayangnya,
potensi ini belum dikelola maksimal.
Kabut tebal merayap menuju dataran rendah. Awan yang bergulung-gulung menyelimuti desa dan dusun serta laut pembelah pulau Lombok dengan Sumbawa. Matahari perlahan menjauh dari muka bumi. Pemakaman kuno yang terletak di kaki Rinjani terlihat di kejauhan. Suasana bertambah dingin.

DESA Kuno Perigi benar-benar terkesan seperti gardu pandang yang menghamparkan sejuta pesona pariwisata di daerah ini. Selain menyimpan cerita kuno tentang riwayat peradaban Pulau Lombok, desa di Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur ini juga siap memanjakan pelancong dengan panorama alam yang menakjubkan.

Di desa yang sudah mekar menjadi Desa Mekar Sari, terdapat puluhan titik destinasi yang layak dikunjungi wisatawan. Sayangnya, masyarakat yang bermukim di desa setempat tak punya daya dan upaya untuk mengolah kawasan tersebut sehingga benar-benar menjadi objek pariwisata. objek pariwisata dengan pelayanan yang layak diberikan kepada para turis baik domestik maupun mancanegara.

"Kita di sini sebetulnya punya banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan. Sayangnya, masyarakat tidak pernah disentuh upaya pemberdayaan sehingga berkemampuan mengelola kawasan ini menjadi objek pariwisata," tutur Fauzi Ketua Pamhut KPH Rinjani Selatan, di kampungnya Dusun Blumbung Utara, Desa Mekar Sari, Kecamatan Suela, Sabtu (12/3/2016).

Fauzi menjabarkan, potensi pariwisata di tempat tersebut tidak hanya terwujud seperti pesona alam berupa pemandangan. Kehidupan sosial masyarakat serta situs-situs bersejarah juga menjadi destinasi penting untuk ditawarkan sebagai produk pada tiap-tiap pelancong yang berkunjung. Situs-situs bersejarah yang bisa dieksplorasi sebagai destinasi wisata berupa pemakaman-pemakaman kuno di wilayah setempat.
Melihat keelokan matahari terbit dari Desa kuno Prigi Suela
Lombok Timur
"Di sini ada pemakaman kuno, beberapa diantaranya ada makam Mudung Bawaq Bakang, Makam Kebaloq Berek, Batu Renteng dan lain sebagainya. Itu semua situs yang memiliki nilai historis yang tinggi. Di makam Mudung ini merupakan lokasi pemakaman Raden Sandubaya," tuturnya sembari mengarahkan telunjuknya ke hadapan batu nisan yang tinggi.

Dirinya menjabarkan, Selain Makam Mudung, makam Kebaloq Berek juga tak kalah menariknya untuk dijelajahi. Konon, makam tersebut merupakan leluhur orang Bali. hingga saat ini, makam tersebut sering dikunjungi oleh umat Hindu di masa-masa tertentu.

"Di makam Mudung ini, juga pernah datang seorang sultan dari Yogyakarta. mereka menginap selama tiga hari tiga malam. Tujuannya, katanya mau mencari satu kesatuan hubungan antara keberadaan makam tersebut dengan situs-situs bersejarah yang ada di Jogjakarta," bebernya.
Selain bukti sejarah yang bersifat otentik berupa pemakaman, di wilayah tersebut juga sempat ditemukan sebuah arca siwa berukuran mini. Penemuan itu terjadi pada era 1990-an. sekarang, arca tersebut disimpan menjadi koleksi cagar budaya di Museum Negeri NTB.

Selain pemakaman, beberapa spot wisata yang bisa ditawarkan sebagai objek wisata antara lain; Batu Petokak, Batu Bedait dan Pancor Seruni. masing-masing spot wisata di tempat itu memiliki cerita tersendiri. Salah satunya Batu Bedait. Konon, pada zaman dulu lokasi tersebut merupakan tempat pertemuan-pertemuan besar yang dilakukan oleh petinggi kerajaan.

Desa Perigi, dalam catatan tentang sejarah peradaban Lombok, disebut-sebut sebagai tempat kelahiran Raden Arya Banjar Getas. Masyarakat setempat tidak membantah informasi tersebut. Di kawasan tersebut juga masih terdepat sebuah desa yang menjadi lokasi penyimpanan arsip bersejarah berupa catatan di atas daun lontar.

Melihat potensi yang sedemikian rupa, Penjelajah Ary Garmono komunitas yang berkompetensi dalam bidang pemberdayaan masyarakat kepariwisataan mendatangi lokasi tersebut. Penduduk yang bermukim di desa setempat dikumpulkannya untuk mengikuti penataran dalam rangka membuka kesadaran mengenai sistem pengelolaan objek pariwisata. Kedatangan komunitas tersebut disambut hangat semua masyarakat yang selama ini hanya menggantungkan nasib menjadi petani. Masyarakat yang hanya mengharapkan hasil bumi dan hutan tidak mampu memperbaiki perekonomian sehingga menjadi lebih baik.

"Melihat potensinya, ini kawasan yang sangat layak dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Kesadaran tentang sistem tata kelola industri pariwisata harus ditularkan kepada penduduk setempat. Ini dalam rangka menekan angka kemiskinan bagi masyarakat yang bermukim di lereng hutan," katanya.

Masyarakat setempat betul-betul haus sentuhan dan pemberdayaan. Masyarakat membutuhkan penataran yang khusus sehingga terampil memanfaatkan lingkungan disekelilingnya yang mempesona. Desa kuno Perigi selama ini ibaratnya menjadi berlian hijau yang tersembunyi di kaki Rinjani. Potensi besar dalam sektor kepariwisataan lokasi tersebut terbuang sia-sia,  Padahal, wilayah itu menawarkan keindahan alam dari pagi sampai pagi lagi. (sahmat darmi)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive