Pembagian air bersih di Dusun Tunjang Polak Desa Bukit Tinggi Kecamatan Gunung Sari Lobar oleh Disosdukcapil NTB, Selasa (16/9/2014) |
Akibat bencana kekeringan yang melanda NTB sejak April lalu, jumlah desa
yang mengalami krisis air bersih semakin bertambah. Data terbaru yang
dikeluarkan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, terdapat 174 desa
mengalami krisis air bersih atau terkena dampak kekeringan. Sebanyak 174 desa
itu tersebar di 44 kecamatan pada sembilan kabupaten/kota di daerah ini.
Demikian diungkapkan, Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ir. Wedha
Magma Ardi, M.TP saat memberikan keterangan pers bersama Kepala Dinas Sosial
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disosdukcapil) NTB, Drs. Bachruddin, M.Pd dan Sekretaris Dinas PU NTB, Ir. A. Machul, M.Si di Matraam, Kamis (18/9/2014).
Ardi menyebutkan, sebanyak 174 desa yang terkena dampak kekeringan yang
sangat membutuhkan air bersih itu masing-masing, Lombok Utara sebanyak tiga
kecamatan tersebar di 13 desa, Lombok Barat tiga kecamatan yang tersebar di
tiga desa, Lombok Tengah 10 kecamatan tersebar di 75 desa dan Lombok Timur pada
satu kecamatan tersebar di 10 desa.
Selanjutnya, Sumbawa Barat sebanyak tiga kecamatan yang tersebar di sembilan desa, Kabupaten Sumbawa tujuh
kecamatan yang tersebar di 14 desa, Dompu tujuh kecamatan tersebar di 28 desa,
Bima 6 kecamatan tersebar di 11 desa dan Kota Bima 4 kecamatan tersebar di 11
desa.
Ditambahkan, dari sembilan kabupaten/kota yang terkena dampak kekeringan
itu, sebanyak 8 kabupaten yang mengirimkan permintaan air bersih ke BPBD NTB,
keculi Dompu. Jumlah masyarakat yang membutuhkan air bersih dari delapan
kabupaten/kota itu mencapai 129.083 KK atau 440.396 jiwa.
Dengan rincian, Lombok Barat sebanyak 14.323 KK atau 55.164 jiwa, Sumbawa
12.206 KK atau 45.998 jiwa, Kota Bima 1.440 KK atau 5.138 jiwa, Lombok Utara
5.793 KK atau 18.066 jiwa. Selanjutnya, Lombok Timur 37.661 KK atau 130.353
jiwa, Lombok Tengah 43.336 KK atau 133.666 jiwa dan Bima 8.735 KK atau 29.654
jiwa.
Ardi mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah
menyetujui pemberian anggaran untuk penanganan kemiskinan untuk NTB sebesar Rp
5 miliar lebih dari Rp 15 miliar yang diusulkan. Dana sebesar Rp 5 miliar dari
BNPB itu digunakan untuk penyediaan
tandon air, bantuan logistik untuk daerah gagal panen, suplai air bersih dan
pembangunan sumur bor.
“Untuk tandon air kita diberikan 150 unit dengan kapasitas 2.000 liter.
Kita akan prioritaskan daerah-daerah yang paling parah. Kemudian untuk bantuan logistik
ini senilai Rp 800 juta untuk masyarakat yang gagal panen. Terjadi
ketidakmampuan ekonomi, maka diberikan bantuan pangan. Bentuknya mie instan,
susu, biskuit, pelengkapan bayi dan lainnya,”sebutnya.
Untuk suplai air bersih kepada 174 desa di seluruh NTB ini, lanjutnya akan
dilakukan selama 60 hari ke depan sejak 15 September lalu. Jika dalam waktu 60
hari ke depan, dampak kekeringan terus berlanjut maka akan ditambah (diperpanjang) untuk 60 hari ke depan. ‘’Setiap hari didrop delapan tangki air bersih di masing-masing
kabupaten/kota dengan kapasitas 5.000
liter. Sehingga perhari didrop 40 ribu liter air setiap kabupaten perhari,’’ sebutnya.
Sementara itu, untuk bantuan sumur bor, NTB mendapatkan bantuan dari BNPB
untuk pembangunan delapan sumur bor. Bantuan sumur bor itu beserta
kelengkapannya, artinya sampai keluar air. Dengan asumsi, untuk wilayah yang
mudah aksesnya air bersih akan dilayani dengan mobil tangki. Jika medannya agak
sulit maka akan diberikan tandon air. “Kalau
memang sulit sekali medannya tetapi ada potensi air maka kita berikan sumur
bor,”pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Disosdukcapil NTB, Drs. Bachrudin, M.Pd mengatakan
sesuai dengan data permintaan air bersih yang masuk ke Disosdukcapil untuk
wilayah Pulau Lombok sebanyak
30.267 KK dan Pulau Sumbawa
sebanyak 13.593 KK. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya merasa teledor dalam mengantisipasi
kekeringan ini.
Pasalnya, jika tahun-tahun sebelumnya, kekeringan yang terjadi di NTB khusunya di Pulau Lombok biasanya terjadi pada bulan Juli.
Namun, pada tahun ini terjadi lebih awal yakni sejak April. Sehingga, setiap
malam ia mendapatkan tujuh
sms permintaan air berih melalui SMS Center Pemprov NTB. ‘’Volume air yang sudah diminta oleh masyarakat sejak
April lalu sebanyak 720 ribu liter. Itu cukup hanya untuk wudu dan memasak.
Untuk mandi tak bisa dipenuhi,”katanya.
Bachruddin mengatakan, untuk distribusi air bersih
di wilayah Lombok Timur selatan yakni di Kecamatan Jerowaru, pihaknya merasa kesulitan.
Karena, untuk mencapai dusun yang membutuhkan air bersih itu harus melalui
medan yang sangat berat.
Jumlah tangki air bersih yang dimiliki provinsi saat ini hanya tiga unit. Untuk
itu, tahun depan akan diadakan sebanyak dua unit sehingga tahun depan jumlah
mobil tangki air bersih yang
dimiliki Disosdukcapil menjadi 5 unit. (Suara NTB)
1 komentar:
Baca artikel serupa Musim Kemarau NTB Krisis Air
Post a Comment