Be Your Inspiration

Thursday 18 September 2014

174 Desa di NTB Krisis Air Bersih



Pembagian air bersih di Dusun Tunjang Polak 
Desa Bukit Tinggi Kecamatan Gunung Sari Lobar 
oleh Disosdukcapil NTB, Selasa (16/9/2014)

Akibat bencana kekeringan yang melanda NTB sejak April lalu, jumlah desa yang mengalami krisis air bersih semakin bertambah. Data terbaru yang dikeluarkan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, terdapat 174 desa mengalami krisis air bersih atau terkena dampak kekeringan. Sebanyak 174 desa itu tersebar di 44 kecamatan pada sembilan kabupaten/kota di daerah ini.


Demikian diungkapkan, Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ir. Wedha Magma Ardi, M.TP saat memberikan keterangan pers bersama Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Disosdukcapil) NTB, Drs. Bachruddin, M.Pd dan Sekretaris Dinas PU NTB, Ir. A. Machul, M.Si di Matraam, Kamis (18/9/2014).

Ardi menyebutkan, sebanyak 174 desa yang terkena dampak kekeringan yang sangat membutuhkan air bersih itu masing-masing, Lombok Utara sebanyak tiga kecamatan tersebar di 13 desa, Lombok Barat tiga kecamatan yang tersebar di tiga desa, Lombok Tengah 10 kecamatan tersebar di 75 desa dan Lombok Timur pada satu kecamatan tersebar di 10 desa.

Selanjutnya, Sumbawa Barat sebanyak tiga kecamatan yang tersebar di sembilan desa, Kabupaten Sumbawa tujuh kecamatan yang tersebar di 14 desa, Dompu tujuh kecamatan tersebar di 28 desa, Bima 6 kecamatan tersebar di 11 desa dan Kota Bima 4 kecamatan tersebar di 11 desa.

Ditambahkan, dari sembilan kabupaten/kota yang terkena dampak kekeringan itu, sebanyak 8 kabupaten yang mengirimkan permintaan air bersih ke BPBD NTB, keculi Dompu. Jumlah masyarakat yang membutuhkan air bersih dari delapan kabupaten/kota itu mencapai 129.083 KK atau 440.396 jiwa.

Dengan rincian, Lombok Barat sebanyak 14.323 KK atau 55.164 jiwa, Sumbawa 12.206 KK atau 45.998 jiwa, Kota Bima 1.440 KK atau 5.138 jiwa, Lombok Utara 5.793 KK atau 18.066 jiwa. Selanjutnya, Lombok Timur 37.661 KK atau 130.353 jiwa, Lombok Tengah 43.336 KK atau 133.666 jiwa dan Bima 8.735 KK atau 29.654 jiwa.

Ardi mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyetujui pemberian anggaran untuk penanganan kemiskinan untuk NTB sebesar Rp 5 miliar lebih dari Rp 15 miliar yang diusulkan. Dana sebesar Rp 5 miliar dari BNPB itu digunakan untuk  penyediaan tandon air, bantuan logistik untuk daerah gagal panen, suplai air bersih dan pembangunan sumur bor.

“Untuk tandon air kita diberikan 150 unit dengan kapasitas 2.000 liter. Kita akan prioritaskan daerah-daerah yang paling parah. Kemudian untuk bantuan logistik ini senilai Rp 800 juta untuk masyarakat yang gagal panen. Terjadi ketidakmampuan ekonomi, maka diberikan bantuan pangan. Bentuknya mie instan, susu, biskuit, pelengkapan bayi dan lainnya,”sebutnya.

Untuk suplai air bersih kepada 174 desa di seluruh NTB ini, lanjutnya akan dilakukan selama 60 hari ke depan sejak 15 September lalu. Jika dalam waktu 60 hari ke depan, dampak kekeringan terus berlanjut maka akan ditambah (diperpanjang) untuk 60 hari ke depan. ‘’Setiap hari didrop delapan  tangki air bersih di masing-masing kabupaten/kota dengan kapasitas  5.000 liter. Sehingga perhari didrop 40 ribu liter air setiap kabupaten perhari,’’ sebutnya.

Sementara itu, untuk bantuan sumur bor, NTB mendapatkan bantuan dari BNPB untuk pembangunan delapan sumur bor. Bantuan sumur bor itu beserta kelengkapannya, artinya sampai keluar air. Dengan asumsi, untuk wilayah yang mudah aksesnya air bersih akan dilayani dengan mobil tangki. Jika medannya agak sulit maka akan diberikan tandon air.  “Kalau memang sulit sekali medannya tetapi ada potensi air maka kita berikan sumur bor,”pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Disosdukcapil NTB, Drs. Bachrudin, M.Pd mengatakan sesuai dengan data permintaan air bersih yang masuk ke Disosdukcapil untuk wilayah Pulau Lombok sebanyak 30.267 KK dan Pulau Sumbawa sebanyak 13.593 KK. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya merasa teledor dalam mengantisipasi kekeringan ini.

Pasalnya, jika tahun-tahun sebelumnya, kekeringan yang terjadi di NTB khusunya di Pulau Lombok biasanya terjadi pada bulan Juli. Namun, pada tahun ini terjadi lebih awal yakni sejak April. Sehingga, setiap malam ia mendapatkan tujuh sms permintaan air berih melalui SMS Center Pemprov NTB. ‘’Volume air yang sudah diminta oleh masyarakat sejak April lalu sebanyak 720 ribu liter. Itu cukup hanya untuk wudu dan memasak. Untuk mandi tak bisa dipenuhi,”katanya.

Bachruddin mengatakan, untuk distribusi air bersih di wilayah Lombok Timur selatan yakni di Kecamatan Jerowaru, pihaknya merasa kesulitan. Karena, untuk mencapai dusun yang membutuhkan air bersih itu harus melalui medan yang sangat berat. Jumlah tangki air bersih yang dimiliki provinsi saat ini hanya tiga unit. Untuk itu, tahun depan akan diadakan sebanyak dua unit sehingga tahun depan jumlah mobil tangki air bersih yang dimiliki Disosdukcapil menjadi 5 unit. (Suara NTB)
Share:

1 komentar:

Xoxo Agata said...

Baca artikel serupa Musim Kemarau NTB Krisis Air

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive