Be Your Inspiration

Wednesday, 17 September 2014

Setahun Kepemimpinan TGB-Amin

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi


17 September bagi Muhammad Zainul Majdi boleh jadi punya arti tersendiri. Enam tahun lalu, di tanggal itulah ia diambil sumpahnya sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat yang pertama dipilih rakyat secara langsung dalam perhelatan Pilkada Mei 2008. Peraih gelar Doktor Ilmu Tafsir Quran dari Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir ini,  tercatat sebagai gubernur termuda di Indonesia. Usianya belum lagi genap 37 tahun Ketika dilantik kala itu. Sebuah media nasional menyebutnya sebagai “Gubernur muda berlatar santri yang cerdas dan berwawasan moderat,”.  


17 September 2013, setahun silam, kembali anak muda ini diambil sumpahnya menjadi Gubernur NTB 2013-2018. Buah dari dukungan mayoritas rakyat pada Pilkada Mei 2013. Inilah periode lima tahun kedua, Majdi dipercaya memimpin 4,5 juta rakyat NTB. Banyak kalangan menilai ia gubernur yang cekatan melakukan terobosan. Tak heran Presiden Republik Indonesia pada pertengahan 2012, menyematkan Bintang Maha Putra di dadanya, salah satu penghargaan tertinggi di republik ini yang diberikan sebagai apresiasi atas prestasinya sebagai pemimpin di daerah. Dan pada penghujung tahun yang sama, Harian Republika menobatkannya sebagai satu dari “10 Tokoh Perubahan” di pentas nasional.

Atas segala capaian itu, Majdi berkomentar singkat, “Semuanya berkat kebersamaan kita, dan kerja kita belum lagi selesai”. Memang NTB masih punya segudang tantangan dan pekerjaan rumah mendasar. Konsistensi, komitmen, kerja keras, kesungguhan, dan keberpihakan kepada rakyat masih harus terus dirawat. Dan itu sepenuhnya disadari Majdi. Ia agaknya tetap ingin “membumi” dengan menyelesaikan masa tugas keduanya dengan penuh tanggung jawab dan rasa hormat kepada rakyat yang memberi mandat.
Di sela-sela kesibukannya, sang gubernur menjawab sejumlah pertanyaan. Berikut petikannya?



Banyak kalangan mengakui anda berhasil mengangkat pamor NTB di tingkat nasional, pendapat anda?
Pertama-tama tentu saja saya ucapkan terima kasih. Kedua saya berdoa semoga pendapat itu benar adanya, dan lebih penting lagi menjadi energi positif bagi kita bersama untuk terus optimis bekerja dan bekerja memajukan daerah kita tercinta ini. Kita memang beberapa tahun ini sudah mencapai beberapa hal yang mengembirakan. Sejumlah target besar yang kita canangkan, Alhamdulillah bisa kita penuhi setahap demi setahap. Tetapi pekerjaan rumah kita masih setumpuk. Tantangan ke depan pun bukannya lebih mudah. NTB tidak berada di ruang hampa sejarah. Jika kita di NTB bekerja keras, daerah lain pun demikian adanya. Kita hanya bisa mengejar ketertinggalan jika ada lompatan-lompatan pembangunan yang berkelanjutan. Inovasi dan terobosan harus terus kita ikhtiarkan.

Pada periode pertama menjadi gubernur, visi besar yang anda usung adalah NTB Bersaing. Kini periode kedua tetap NTB Bersaing tetapi ada tambahan visi berbudaya dan sejahtera. Apa yang ingin anda tegaskan dengan visi periode kedua ini?  
Sederhana saja. Kita ingin menjadi daerah yang kompetitif, daerah yang berdiri sama tegak dengan daerah lainnya. Itulah pesan tersurat dari visi NTB Bersaing. Tetapi pada saat yang bersamaan, kemajuan itu ingin kita raih di atas landasan spiritualitas  yang teguh dan penghormatan yang luhur atas nilai-nilai budaya yang tumbuh di tengah masyarakat. Muara dari itu semua tentu saja adalah peningkatan kesejahteraan rakyat secara signifikan. Ringkasnya kita semua sedang berjuang menjadikan NTB sebagai rumah bersama, dimana penghuninya memiliki kecakapan untuk berkompetisi, teguh keimanannya, tidak tercerabut akar budayanya dan berkecukupan secara sosial ekonomi hidupnya. 

Menyimak uraian anda di atas, peningkatan dayasaing daerah menjadi perhatian penting. Mengapa?
Ini soal kehormatan dan harga diri kita sebagai warga NTB. Kita semua tahu di tingkat nasional NTB kerap dipandang sebelah mata. Dulu bahkan NTB dikatakan sebagai singkatan dari Nasib Tidak Baik atau Nasib Tergantung Bali. Sebutan semacam itu jelas menunjukkan kita bukan daerah yang kompetitif. Kita daerah yang berada di bawah baying-bayang kemajuan daerah lain. Dengan meningkatkan dayasaing daerah kita ingin sekaligus melakukan sekurangnya dua hal. Pertama, ke dalam kita ingin mengangkat harga diri dan kebanggaan menjadi orang NTB. Kedua, keluar kita ingin tunjukkan bahwa NTB bukan daerah pinggiran, tetapi daerah yang sedikit banyak bisa menentukan sendiri nasibnya. Kita ingin NTB punya “sesuatu” yang bisa mewarnai secara positif perjalanan sejarah bangsa besar bernama Indonesia ini. Nah, sesuatu itulah dayasaing NTB. Saya dan gubernur-gubernur sebelumnya terus mencari, merumuskan dan memperjuangkannya. Tentu saja dengan dukungan rakyat NTB semuanya tanpa terkecuali.

Lantas kalau begitu, seperti apa potret dayasaing NTB saat ini?
Alhamdulillah kerja keras dan kebersamaan kita semua di NTB, baik itu pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten kota, serta kekuatan masyarakat sipil lainnya, seperti media, LSM, kampus, pondok pesantren, mulai berbuah hasil. Dalam bidang olahraga misalnya, NTB pada Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2012 membuat kejutan besar. Kita berhasil meraih 11 medali emas dan duduk di peringkat 11 nasional. Itulah momen dimana kita sebagai orang NTB bisa bangga dengan prestasi kita. Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore (NUS) pernah melakukan kajian mengenai dayasaing dan strategi pembangunan di seluruh Provinsi di Indonesia. Kajian mereka lakukan pada 2011. Hasilnya tingkat dayasaing NTB berada pada posisi 13. NTB disebut masuk kategori daerah yang pertumbuhan dayasaingnya terhitung baik. Dan kita ingin 5-10 tahun ke depan kita bisa masuk 10 besar daerah yang berdayasaing.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB masih berada di papan bawah, bagaimana cara anda mendongkrak IPM ini?
Soal IPM ini memang selalu jadi tuntutan publik bagi siapa saja gubernur NTB. Indikator IPM itu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kita di NTB punya masalah besar pada indikator pendidikan dan kesehatan. Selama lima tahun ini kita berhasil menekan secara tajam angka putus sekolah. Jika lima tahun lalu masih tercatat 1,17 persen anak putus sekolah di tingkat SD sederajat, maka pada akhir 2013 hanya tersisa 0,20 persen saja. Di tingkat SMP sederajat sisanya 0,48 persen dari 5,25 persen pada penghujung 2013. Keberhasilan ini buah dari komitmen yang kuat dari kita semua. Saya dan para bupati dan walikota di NTB, selama lima tahun berjalan telah memberikan beasiswa bagi siswa miskin untuk memastikan mereka bisa tetap bersekolah. Selama lima tahun ini tak kurang dari 500 ribu anak didik menikmati beasiswa ini. Di bidang kesehatan kita punya tantangan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Ini persoalan klasik dari waktu ke waktu yang terus membuat IPM kita sulit terdongkrak naik. Insya Allah kita akan terus mencari terobosan agar IPM kita bisa membaik dalam lima tahun ke depan. Keseriusan aparatur pemerintah dan dukungan nyata masyarakat menjadi kunci penting berhasil tidaknya usaha kita memperbaiki peringkat IPM ini.


Bagaimana dengan soal kemiskinan, bisakah NTB berdayasaing jika masih termasuk daerah miskin?
Ya itu benar sekali. Kita termasuk 10 daerah termiskin di Indonesia. Itu fakta yang saat ini kita hadapi. Selama lima tahun ini, 2008-2013 kita sudah bekerja keras menurunkan kemiskinan. Rata-rata pertahun kita mampu menekan kemiskinan 1,4 persen. Akumulasinya selama lima tahun sekitar 6-7 persen. Sehingga angka kemiskinan kita turun cukup tajam dari 24,99 persen pada 2008 menjadi kini 17,25 persen. Setara dengan sekitar 900 ribu jiwa. Angka ini masih terhitung tinggi. Kita bertekad pada akhir 2018 nanti kita bisa menekan hingga mendekati 10 persen.


Memang kemiskinan masih jadi momok besar di NTB. Kalau dari sudut kinerja penanggulangan kemiskinan, prestasi NTB patut diberi apresiasi. Penurunan kemiskinan setiap tahun yang rata-rata 1,4 persen sejak 2009 itu, tidak banyak bisa dilakukan oleh provinsi lainnya di Indonesia. Atas prestasi itu NTB mendapatkan penghargaan bergengsi, yaitu Millenium Development Goals (MDGs) Award pada 2012. MDGs adalah program dunia yang disponsori  Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk penanggulangan kemiskinan global. 
Selain MDGs Award, pemerintah NTB menerima banyak lagi penghargaan bergengsi dalam lima tahun ini. Di sektor pariwisata, gubernur NTB mendapatkan kan penghargaan Indonesia Tourism Award (ITA) untuk kategori Commitment Developing Tourism Industry  karena dinilai menunjukkan komitmen serius dalam membangun dunia pariwisata di daerahnya. Tidak cukup itu, penghargaan lainnya yaitu Indonesia MICE Award juga diraih atas kinerja gubernur NTB yang dinilai terbaik secara nasional dalam menerapkan kebijakan dan strategi pengembangan wisata MICE di daerahnya.
  
Soal tata kelola keuangan dan asset daerah, prestasi NTB cemerlang. Tiga tahun berturut-turut sejak 2011 hingga 2013 NTB mendapatkan penilaian Wajar Tanpa pengecualian (WTP), kategori penilaian tertinggi. Padahal sebelumnya, NTB mendapat penilaian disclamer, status terburuk bagi tata kelola keuangan dan asset daerah. Menteri keuangan Hatib Bisri menyatakan NTB adalah daerah dengan lompatan terbaik dalam tata kelola keuangan dan asset daerah. Apa yang dilakukan NTB dengan tiga kali berturut-turut mendapat WTP setelah sebelumnya disclamer, tidak mudah ditiru daerah lainnya.

Dalam inovasi pelayanan publik, program unggulan “Kampung Media” yang dilahirkan dari NTB berkali-kali mendapatkan penghargaan nasional, dan puncaknya “Kampung Media” akan menjadi wakil Indonesia dalam kompetisi inovasi pelayanan publik tingkat dunia yang akan digelar tahun depan. Di bidang lainnya, seperti percepatan pembangunan infrastruktur, pertanian dan investasi daerah, sejumlah penghargaan pun berhasil diperoleh.  

Apa arti sejumlah penghargaan bergengsi yang anda terima selama ini?
Alhamdulillah, itu semua saya maknai sebagai penghargaan publik atas ikhtiar keras kita bersama di NTB. Penghargaan itu bukan milik saya pribadi. Memang sebagian besar saya yang menerimanya langsung. Tetapi itu hanya simbol saja. Esensinya yang mendapat penghargaan itu adalah rakyat NTB. Bagi saya penghargaan tertinggi adalah dari rakyat. Banyaknya penghargaan itu memberikan kita keyakinan bahwa apa yang kita kerjakan di NTB tidaklah business as usual. Tidak semata pekerjaan rutin harian. Ternyata kita juga punya terobosan dan berani melakukan inovasi.

Anda sudah menjadi gubernur enam tahun dengan sejumlah torehan prestasi, tetapi pada bidang apa anda merasa NTB masih tertinggal?
Saya merasakan percepatan infrastruktur yang masih jadi tantangan. Terutama karena kebutuhan dana yang besar dan kapasitas APBD kita yang terbatas. Bersyukur dalam enam tahun ini sejumlah proyek infrastruktur strategis sudah kita kerjakan. Jalan di Pulau Sumbawa misalnya, saat ini sudah mulus aspalnya. Begitu pula jalan yang menuju destinasi wisata dan jalan penopang ke sentra-sentra pengembangan komoditas unggulan daerah. Bandara Internasional Lombok sudah beroperasi dan sudah pula menjadi embarkasi haji sejak dua tahun ini. Sejumlah pelabuhan laut sudah kita benahi. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang di Lombok Barat akan segera beroperasi. Bendungan Pandanduri sedang kita percepat penyelesaiannya. Bendungan Rababaka kompleks di Dompu akan segera dimulai konstruksinya.
    
Bagaimana dengan reformasi birokrasi?
Ya soal ini juga tantangan tersendiri. Kita di NTB sudah melakukan sejumlah terobosan berkaitan dengan itu. Seperti komitmen fakta integritas bagi setiap pejabat pemerintahan. Juga tes kompetensi bagi setiap pejabat yang akan mendapatkan promosi jabatan. Tentu saja kita masih perlu memperbaiki konsep dan mengotrol ketat pelaksanaannya sesuai dengan yang kita harapkan. Reformasi birokrasi ini memang agenda perubahan yang saya rasakan paling tak  mudah kita laksanakan. Selain harus mengubah mindset berfikir, kita juga harus menata sistem dan memastikan sistem itu berjalan baik. Saya berkali-kali diminta untuk melakukan terobosan lelang jabatan di birokrasi, tetapi saya pelajari untuk birokrasi di NTB apakah itu cara yang tepat dan efektif meningkatkan kinerja. Saya belum yakin sepenuhnya. Mungkin di provinsi besar seperti Jakarta, lelang jabatan tepat digunakan. Tetapi tidak otomatis bisa dipakai pula di NTB.

Jika kelak menyelesaikan masa tugasnya di periode kedua, Muhammad Zainul Majdi baru berusia 47 tahun. Namanya sempat disebut-sebut sebagai calon menteri dari Indonesia Timur. Apalagi ia dikenal cukup dekat dengan Jusuf Kalla, wakil presiden terpilih saat ini. Majdi sendiri tidak terlalu memikirkan soal kelanjutan karier politiknya. Akan kemana ia berlabuh setelah usia jadi gubernur, baginya masih terlalu dini dipikirkan. “Jabatan itu adalah amanah, jadi tabu untuk diminta-minta”, ujarnya singkat.


Apa artinya jadi seorang gubernur buat anda?
Biasa saja, Insya Allah tidak membuat saya berubah. Sebagai gubernur, saya adalah Zainul Majdi yang sama dengan Zainul Majdi yang pernah jadi wakil rakyat atau pengajar di pondok dulu. Hanya memang sebagai gubernur saya dibebani tanggung jawab besar. Saya pun harus siap menghadapi sorotan publik yang kadang juga kerap tidak proporsional. Tetapi tidak terlalu menjadi masalah buat saya. Saya gubernur yang dipilih rakyat. Rakyat yang sepenuhnya berhak menilai baik buruknya, berhasil tidaknya saya memimpin daerah ini.

Terakhir, apa yang anda rencanakan setelah tidak lagi menjadi gubernur kelak?
Wah, ini pertanyaan yang tak mudah saya jawab. Lebih mudah saya menjawab pertanyaan saudara sebelumnya tadi. Tapi baiklah saya akan jawab. Saat ini saya masih akan menjadi gubernur NTB, Insya Allah selama kurang lebih empat tahun lagi. Akan kemana saya kelak, Allah saja yang tahu. Tetapi kalau saya harus menjawab, yang segera terpikir adalah kembali mengajar. Saya berbahagia bisa mengajar. Itu saja yang terpikirkan saat ini.
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive