Be Your Inspiration

Sunday 14 September 2014

Potret Pendidikan di Lobar Pergi Sekolah, Siswa di Sekotong Seberangi Laut



 
Anak-anak Gili Gede Sekotong Lombok Barat naik perahu
untuk pergi sekolah ke Pulau Lombok daratan.
Perbandingan pendidikan di Lombok Barat (Lobar) sangat nyata terlihat antara perkotaan dengan daerah pelosok dan terpencil. Bahkan disparitas ini dirasakan tidak adil bagi warga yang berada di daerah terpencil, terluar dan terjauh (3T) seperti di Gili Gede, Sekotong. Meski ada sekolah, namun sekolah ini
tergolong sekolah satu atap (satap) yang kondisi dan lokasinya menyebabkan anak-anak lebih memilih sekolah ke pulau seberang. Mereka terbiasa ke sekolah mengarungi lautan yang tidak jarang gelombang mengancam.
Seperti apa potret pendidikan di daerah Gili Gede? 

SIANG itu panas matahari Sekotong Barat terasa membakar kulit. Tanaman-tanaman milik petani banyak yang mengering. Begitu juga dengan pohon-pohon yang menghijau di musim hujan, terlihat banyak yang layu.

Di pelabuhan penyeberangan Desa Gili Gede di Dusun Tembowong persis di perbatasan Sekotong Barat dengan Desa Pelangan, tampak sejumlah anak-anak berseragam sekolah sedang duduk menunggu di bawah pohon yang tak kelihatan rindang karena daunnya banyak berjatuhan. 
Pulang sekolah, anak-anak di Gili Gede harus
naik boat ke Pulau Lombok daratan

Ternyata anak-anak ini berasal dari Gili Gede yang sedang menunggu boat yang biasa menyeberang ke desa setempat. Mereka mengaku baru saja pulang dari sekolah, “Kami tunggu kapal menyeberang ke Desa Gili, kami baru saha pulang sekolah,” ungkap salah seorang anak ketika ditanya malu-malu memperkenalkan namanya.

Tak lama kemudian boat  yang ditunggu pun sandar dan siap mengangkut penumpang. Rombongan wartawan kebetulan menaiki perahu yang sama dengan beberapa anak-anak tadi. Satu per satu penumpang menaiki boat itu, anak-anak yang terbiasa menyeberang tampak girang menaiki boat tanpa ada rasa takut sedikitpun. “Biasa kami naik perahu setiap pergi ke sekolah,” ujar Ari salah satu anak.

Setelah semua penumpang naik, kapal penangkut penumpang ini melaju ke arah Desa Gili. Di tengah perjalanan, anak-anak ini bercanda satu sama lain. Mereka sepertinya tidak takut meski sesekali gelombang menghantam boat, sehingga menyebabkan kapal oleng.

Supar, salah serang guru honorer yang juga ikut rombongan menyeberang mengaku sebagian anak Gili sekolah di daerah daratan di Dusun Tembowong dan Pelangan. Di Gili Gede, katanya, ada sekolah satu atap SD dan SMP  namun lokasinya yang jauh menyebabkan anak-anak lebih memilih sekolah di daerah Tembowong. “Sebagian anak memang pergi sekolah ke daerah seberang,”aku guru di daerah Batu Bawi ini.

Di Desa Gili sendiri ada lima dusun, anak-anak dari Dusun Anjungan biasanya pergi menyeberang sekolah. Ketika iklim tidak bersahabat, anak-anak kerap kali tidak bisa sekolah karena takut.  Karena kondisi ini, warga setempat sangat berharap agar sekolah yang lebih representatif dibangun agar anak-anak tidak menyeberang ke daerah lain.

Kadus Orong Bukal, Musdan menambahkan pemerintah perlu mendirikan sekolah yang lebih representatif. Ia meminta agar pemerintah lebih memperhatikan kondisi di daerah setempat.”Tidak saja pendidikan, kesehatan dan sarana juga perlu diperhatikan,” sarannya. Jika sekolah ini ada, anak-anak tidak perlu lagi harus menyeberang lautan untuk bersekolah. (Suara NTB)
Share:

1 komentar:

Unknown said...

Apakah sekarang masih pakai perahu ke sekolahnya?

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive