Kadisbudpar NTB H. Muhammad Nasir menyerahkan naskah lontar kepada seorang penembang, sebagai simbol dibukanya festival Pepaosan. |
Festival Pepaosan
yang diisi dengan Lomba Cipta Tembang
Macepat di Museum Negeri NTB dibuka, Kamis (9/10/2014). Kegiatan itu merupakan
salah satu bentuk pelestarian serta mempertahankan eksistensi naskah lontar
yang ada di pulau Lombok.
PLT Kepala Museum NTB, Drs. Hafid, MM mengatakan,
melalui seni tradisi tulis khususnya yang telah tertuang dalam naskah lontar
itu, masyarakat diajak untuk menggali nilai – nilai kearifan lokal.
Dalam hal itu juga terdapat nilai – nilai yang berkesinambungan dengan yang ada di dalam Pancasila.
Dalam hal itu juga terdapat nilai – nilai yang berkesinambungan dengan yang ada di dalam Pancasila.
Perlunya kegiatan itu dilaksanakan antara lain
karena melihat lemahnya pemahaman serta perhatian masyarakat terhadap naskah
lontar. Menurutnya, naskah lontar merupakan salah satu warisan tradisonal yang
mengandung nilai – nilai dan kearifan lokal.
“Kurangnya perhatian terhadap nilai – nilai kearifan
lokal yang tidak lepas dari nilai Pancasila merupakan satu latar belakang
penggerak dilaksanakannya kegiatan ini. Kedepan kami berharap setelah
dilaksanakannya kegiatan ini apresiasi dari masyarakat terhadap warisan
tradisional yang satu ini bisa ditingkatkan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata NTB, Drs. H. Muhammad Nasir menyampaikan bahwa hal tersebut
merupakan salah satu rangkaian dari upaya memajukan Museum. Dia berharap agar
museum dapat dijadikan sebagai laboratorium yang menyediakan sejumlah informasi
sejarah.
“Ini merupakan langkah awal mengembangkan kreasi
museum untuk lebih dikenal secara luas oleh masyarakat. Kami selalu berharap
agar bagaimana caranya museum ini mampu menjadi laboratorium yang dapat
menyajikan informasi sejarah, dengan demikian dari museum kita dapat melihat
masa lampau, masa kini dan masa mendatang,” ucapnya.
Sebelumnya ketua pelaksana kegiatan, Lalu Nafsiah
mengatakan festival tersebut akan diikuti dari kalangan siswa. Sayangnya, tidak
ada satupun peserta dari kalangan itu yang mendaftarkan diri. Ia mengasumsikan
hal tersebut terjadi lantaran imbas dari kurangnya pemahaman generasi muda
terhadap hal itu atau bahkan karena tidak ada minat serta ketertarikan sama
sekali.
“Sebelumnya, dalam cerdas cermat atau ahli tulis
yang sudah kami siapkan ditargetakn untuk diikuti oleh para siswa – siswi di
Kota Mataram. Namun kenyataannya tidak ada satupun peserta yang mendaftarkan
diri. Kami tidak faham apa penyebabnya, entah apa karena generasi muda kita
tidak berminat sama sekali, atau mungkin juga karena di kalangan mereka tidak
ada yang memiliki pemahaman terhadap baca tulis naskah lontar tersebut,”
tandasnya. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment