Sejumlah
Budayawan Sasak di Pulau Lombok meminta agar dilakukan pengkajian ulang
terhadap awig – awig presean yang sudah ditetapkan pada 2012 lalu. Salah satu budayawan yang menginisiasi pengkajian ulang tersebut yakni Mamik Jagad. Ia
menilai awig – awig yang sudah disepakati itu tidak relevan dan perlu ada
pembaharuan.
“Setelah
kami telaah dan cermati standarisasi awig-awig peresean itu ,maka ini mungkin
penting dilakukan kajian ulang untuk kita bahas kembali di Tingkat Majelis
Krame Adat Sasak se-Pulau Lombok. Sebab, penilaian terhadap pukulan itu tidak
bisa diukur dengan angka–angka,” katanya Minggu, (12/10/2014). Upaya itu perlu dilakukan demi mencegah
terjadinya polemik berkepanjangan, terlebih dalam konteks pelaksanaan kegiatan
Presean berskala besar yang melibatkan pepadu se-Pulau Lombok.
Dalam
kajian itu, harapannya perlu dihadirkan pihak–pihak tertentu yang akan menjadi
elemen atau komponen penentu arah kebijakan selanjutnya tentang krama awig –
awig peresean di Gumi Sasak atau di
Lombok. “Tentu dalam pengkajian itu kita harus melibatkan Dewan dan Pakar yang
terkait Hukum Adat serta Falsafahnya. Kita berharap khazanah budaya tradisi peresean
ini tidak bergeser terlalu Jauh. Sehingga tetap layak untuk terus dipentaskan
sebagai bentuk apresiasi warisan leluhur yang mengandung pendidikan karakter
dan perekat persatuan serta kesatuan
atau silaturrahmi antar sesama,” tambahnya.
Terlebih,
dalam tradisi peresean tersebut terdapat nilai-nilai etika yang estetik
sehingga dapat diparafrasekan sebagai bentuk seni dalam berkepribadian masing –
masing pepadu. “Disitu adanya unsur wiraga, wirama dan wirasa sebagai
benih-benih tuntunan yang merunut kepada sikap- sikap dan kepribadian yang unik
dalam diri orang Sasak. Di medan laga para pepadu itu tidak hanya semata-mata
menumpahkan amarah serta bagaimana caranya untuk menjatuhkan serta menistakan
lawan,” bebernya.
Dikatakannya,
peresean merupakan sebuah ajang yang dapat mempersatukan antara pepatu yang satu
dengan yang lainnya. Bahkan peresean tersebut dapat menjadi sebuah jembatan
yang menumbuhkan rasa persaudaran pepadu yang satu dengan yang lainnya. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment