Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi menyerahkan cinderamata pada pakar kanker serviks Prof. Lex Piters di ruang kerjanya, Senin (13/10/2014) |
Gubernur NTB Dr. TGH.
M. Zainul Majdi menerima kunjungan Prof. Lex Piters, di ruang kerjanya, Senin
(13/10/2014). Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh dr. Doddy, Ak, Sp.OG, Piters
menjelaskan maksud kunjungan keduanya tersebut adalah untuk menginformasikan
sejauh mana Female Cancer Program (FCP) telah berjalan di Lombok.
“Kedatangan kami kali
ini adalah untuk memberitahu progress kerja kami, kami sangat senang dengan
bagaimana kami melaksanakan program ini, bagaimana kami bekerjasama dengan
Universitas Mataram khususnya Fakultas Kedokteran. Mereka telah melakukan
banyak hal untuk program ini,” terang Piters.
Sebelumnya, pada
Januari 2014, ditemani oleh anggota Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia
(POGI), Piters telah melakukan kunjungan ke Lombok untuk meminta dukungan penuh
dari Pemerintah Daerah NTB dalam aksi sosial melawan kanker yang umumnya sering
menyerang kaum wanita, yaitu kanker leher rahim (kanker serviks) dan kanker
payudara.
Dalam pertemuan singkat
tersebut, Piters menjelaskan, bahwa permasalahan seksual dan reproduksi wanita
merupakan salah satu permasalahan penting yang masuk dalam Millennium
Development Goal’s (MDG’s), sehingga penting bagi kita untuk menangani
permasalahan tersebut. “Oleh karena itu, kami menaruh energi yang sangat besar
dan dukungan yang kuat terhadap permasalahan kanker yang ada di Lombok,” ucap
Piters.
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi berfoto bersama dengan rombongan dokter spesialis kanker di ruang kerjanya, Senin (13/10/2014) |
Piters juga menjelaskan, setelah
melakukan diskusi dengan Menteri Kesehatan, Lombok akan ditempatkan sebagai pusat keunggulan untuk studi,
penelitian, perawatan pasien, pendidikan kanker yang disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV), dan penyakit terkait.
“Kami sangat optimis,
bahwa kita dapat melakukan banyak hal dalam beberapa tahun ke depan untuk
mengurangi penyakit ini, yang merupakan penyakit yang sangat mengerikan untuk
diderita,” pungkas Piters.
Diakui oleh Piters, jika dalam perawatan kesehatan, pasien
cenderung akan datang kepada petugas kesehatan, namun lain halnya dengan proses
pencegahan yang justru dirasakan lebih sulit untuk meraih atensi masyarakat.
“Jika dalam perawatan kesehatan
biasanya pasien datang kepada kami, namun dalam pencegahan adalah sebaliknya.
Kami harus menjangkau mereka, mendatangi mereka. Jadi, kami datang tanpa
diundang. Kami harus memberitahu mereka bahwa penyakit ini dapat dicegah,
dan kami juga telah mengembangkan metode yang memungkinkan kami untuk
bisa menghimpun mereka yang tidak mampu, yang kadang-kadang tidak memiliki
akses untuk hal tersebut karena mereka miskin. Kami harus membujuk mereka, dan
kami telah memutuskan melalui hasil diskusi bahwa unuk pencegahan ini kami
menggunakan pendekatan kunjungan lokal kepada masyarakat, yang juga dibantu
oleh PKK,” tambah Piters.
Ditambahkan oleh dr.
Doddy, selaku penanggung jawab FCP wilayah Lombok, program ini mempunyai
paradigma, bahwa
pencegahan lebih baik daripada pengobatan. “Kanker serviks itu sudah jelas
penyebabnya, sehingga kalau kita tahu penyebabnya, maka kita bisa mengatasi
dengan baik. Contohnya, kalau masyarakat dengan diskrining dengan Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan hasilnya negatif ya Alhamdulillah, tapi kalau positif, maka kita akan langsung
mengambil tindakan yang disebut cryo,
dimana tingkat kesembuhannya bisa mencapai 100%, sehingga akan terhindar dari
resiko kanker serviks yang sangat mematikan,” ucap Doddy.
IVA adalah pemeriksaan
screening kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan
pemberian asam asetat. Setelah dilihat posisinya, leher rahim dipulas dengan
asam asetat 3-5%, selama 1 menit. Pemberian ini tidak menyakitkan dan hasilnya
langsung saat itu juga dapat disimpulkan Normal (Negatif), ataupun Positif (ada
lesi pra-kanker).
Sementara itu, Gubernur NTB, pada
kesempatan yang sama, mengucapkan apresiasinya terhadap program FCP yang
dinilai sangat membantu pemerintah NTB. “Kami
sangat mengapresiasi program ini, karena sejalan dengan prioritas kami
untuk meningkatkan indikator kesehatan di NTB,” ucap Gubernur. Gubernur juga
menambahkan, bahwa salah satu permasalahan i Indonesia adalah masih banyaknya
daerah-daerah terpencil yang mengalami kurangnya fasilitas, khususnya fasilitas
di bidang kesehatan.
Oleh karena itu, sejalan
dengan pendapat yang dikemukan oleh Piters, Gubernur menyampaikan hal serupa,
bahwa untuk mengatasi permasalahan mereka yang berada di daerah terpencil,
dibututhkan strategi dengan cara menjangkau masyarakat. “Kita harus menjangkau
mereka. Tidak mungkin meminta mereka untuk datang, melainkan kita yang harus
datang kepada mereka,” kata Gubernur. (Humas NTB).
0 komentar:
Post a Comment