Be Your Inspiration

Tuesday, 14 October 2014

Kanker Serviks, Sering Dijumpai pada Wanita di NTB



Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi menyerahkan cinderamata
pada pakar kanker serviks Prof. Lex Piters
di ruang kerjanya, Senin (13/10/2014)

Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi menerima kunjungan Prof. Lex Piters, di ruang kerjanya, Senin (13/10/2014). Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh dr. Doddy, Ak, Sp.OG, Piters menjelaskan maksud kunjungan keduanya tersebut adalah untuk menginformasikan sejauh mana Female Cancer Program (FCP) telah berjalan di Lombok.


“Kedatangan kami kali ini adalah untuk memberitahu progress kerja kami, kami sangat senang dengan bagaimana kami melaksanakan program ini, bagaimana kami bekerjasama dengan Universitas Mataram khususnya Fakultas Kedokteran. Mereka telah melakukan banyak hal untuk program ini,” terang Piters.

Sebelumnya, pada Januari 2014, ditemani oleh anggota Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Piters telah melakukan kunjungan ke Lombok untuk meminta dukungan penuh dari Pemerintah Daerah NTB dalam aksi sosial melawan kanker yang umumnya sering menyerang kaum wanita, yaitu kanker leher rahim (kanker serviks) dan kanker payudara.

Dalam pertemuan singkat tersebut, Piters menjelaskan, bahwa permasalahan seksual dan reproduksi wanita merupakan salah satu permasalahan penting yang masuk dalam Millennium Development Goal’s (MDG’s), sehingga penting bagi kita untuk menangani permasalahan tersebut. “Oleh karena itu, kami menaruh energi yang sangat besar dan dukungan yang kuat terhadap permasalahan kanker yang ada di Lombok,” ucap Piters.
 
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi berfoto bersama dengan rombongan dokter spesialis kanker di ruang kerjanya, Senin (13/10/2014)

Piters juga menjelaskan, setelah melakukan diskusi dengan Menteri Kesehatan, Lombok akan ditempatkan sebagai pusat keunggulan untuk studi, penelitian, perawatan pasien, pendidikan kanker yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV), dan penyakit terkait.

“Kami sangat optimis, bahwa kita dapat melakukan banyak hal dalam beberapa tahun ke depan untuk mengurangi penyakit ini, yang merupakan penyakit yang sangat mengerikan untuk diderita,” pungkas Piters.
Diakui oleh Piters, jika dalam perawatan kesehatan, pasien cenderung akan datang kepada petugas kesehatan, namun lain halnya dengan proses pencegahan yang justru dirasakan lebih sulit untuk meraih atensi masyarakat.

“Jika dalam perawatan kesehatan biasanya pasien datang kepada kami, namun dalam pencegahan adalah sebaliknya. Kami harus menjangkau mereka, mendatangi mereka. Jadi, kami datang tanpa diundang. Kami harus memberitahu mereka bahwa penyakit ini dapat dicegah, dan  kami juga telah mengembangkan metode yang memungkinkan kami untuk bisa menghimpun mereka yang tidak mampu, yang kadang-kadang tidak memiliki akses untuk hal tersebut karena mereka miskin. Kami harus membujuk mereka, dan kami telah memutuskan melalui hasil diskusi bahwa unuk pencegahan ini kami menggunakan pendekatan kunjungan lokal kepada masyarakat, yang juga dibantu oleh PKK,” tambah Piters.

Ditambahkan oleh dr. Doddy, selaku penanggung jawab FCP wilayah Lombok, program ini mempunyai paradigma, bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. “Kanker serviks itu sudah jelas penyebabnya, sehingga kalau kita tahu penyebabnya, maka kita bisa mengatasi dengan baik. Contohnya, kalau masyarakat dengan diskrining dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan hasilnya negatif ya Alhamdulillah, tapi kalau positif, maka kita akan langsung mengambil tindakan yang disebut cryo, dimana tingkat kesembuhannya bisa mencapai 100%, sehingga akan terhindar dari resiko kanker serviks yang sangat mematikan,” ucap Doddy.

IVA adalah pemeriksaan screening kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan pemberian asam asetat. Setelah dilihat posisinya, leher rahim dipulas dengan asam asetat 3-5%, selama 1 menit. Pemberian ini tidak menyakitkan dan hasilnya langsung saat itu juga dapat disimpulkan Normal (Negatif), ataupun Positif (ada lesi pra-kanker).

Sementara itu, Gubernur NTB, pada kesempatan yang sama, mengucapkan apresiasinya terhadap program FCP yang dinilai sangat membantu pemerintah NTB. “Kami sangat mengapresiasi program ini, karena sejalan dengan prioritas  kami untuk meningkatkan indikator kesehatan di NTB,” ucap Gubernur. Gubernur juga menambahkan, bahwa salah satu permasalahan i Indonesia adalah masih banyaknya daerah-daerah terpencil yang mengalami kurangnya fasilitas, khususnya fasilitas di bidang kesehatan. 

Oleh karena itu, sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Piters, Gubernur menyampaikan hal serupa, bahwa untuk mengatasi permasalahan mereka yang berada di daerah terpencil, dibututhkan strategi dengan cara menjangkau masyarakat. “Kita harus menjangkau mereka. Tidak mungkin meminta mereka untuk datang, melainkan kita yang harus datang kepada mereka,” kata Gubernur. (Humas NTB).



Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive