Rendahnya serapan fisik APBD 2014 mendapat sorotan dari kalangan anggota
DPRD NTB. Dewan menilai, soal rendahnya serapan fisik anggaran pasti akan berimplikasi terhadap molornya pengerjaan
proyek-proyek fisik yang dianggarkan dalam APBD NTB 2014. “Ini setiap tahun terjadi berulang kali. Ini
penyakit akut pemerintah,” kata Anggota DPRD NTB, Drs. Ruslan Turmuzi ketika
diminta tanggapannya, Kamis (2/10/2014).
Menurut Ruslan, rendahnya serapan fisik karena ada ketakutan dan kehati-hatian untuk mempertahankan persepsi
publik terkait dengan pengelolaan keuangan Pemprov NTB yang selalu mendapatkan opini Wajar
tanpa Pengecualian (WTP) tuga tahun berturut-turut.
Mestinya, kata politisi PDI Perjuangan ini, predikat WTP yang diperoleh
paralel dengan kinerja SKPD dalam merealisasikan anggaran. Atau minimal ada
peningkatan kinerja SKPD tiap tahun dengan indikator meningkatnya serapan
anggaran.
Untuk itu, supaya penyakit akut tersebut tidak terjadi berulang-ulang, ia
mengharapkan Pemprov NTB untuk berinisiatif meminta Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI Perwakilan NTB untuk melakukan audit kinerja. Dengan audit kinerja
itulah maka akan bisa dilihat komposisi, kompetensi dan struktur SKPD yang ada
di NTB untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.
Ruslan menilai, rendahnya serapan anggaran disebabkan penempatan pimpinan
SKPD yang tidak berdasarkan kompetensi. ‘’Itu salah satu sebab. Kalau dilakukan audit
forensik terus sampai kinerjanya, saya kira, kalau saya akan lakukan uji
kompetensi lagi kepada mereka-mereka sebagai Kuasa Pengguna Anggaran,’’ katanya.
Diungkapkan, gubernur
sudah berulang kali menyarankan kepada seluruh pimpinan SKPD untuk menyiapkan
perencanaan lelang untuk proyek fisik jauh-jauh sebelumnya. Bahkan, sampai
triwulan pertama, perencanaan lelang harus sudah tuntas sehingga dapat segera
dilelang di Unit Layanan Pengadaan (ULP). Namun, sering ditemukan, pengajuan
lelang bisa sampai bulan Juni.
Padahal, menurut mantan Sekretaris Komisi I Bidang Aparatur dan
Pemerintahan ini, APBD 2014 sudah diketok tepat waktu, yakni sebelum tahun
anggaran 2014. Bahkan, katanya, tidak pernah DPRD NTB mengetok APBD melewati
waktu yang sudah ditentukan.
‘’Tapi apa yang salah dan keliru? Saya rasa ini perlu ada dilakukan sebuah
audit kinerja, itulah salah satu solusinya. Lalu kita bisa menjustment orang ini mampu di sini atau tidak,’’ imbuhnya.
Ruslan menilai uji kompetensi yang dilakukan Pemprov untuk menjaring
pejabat struktural eselon II dan III selama ini sebagai uji kompetensi
yang belum optimal. “Tidak berdasarkan the right man on the right place, on the right job,’’ katanya.
Akibat serapan fisik yang masih rendah itu, Ruslan pesimis proyek-proyek
fisik seperti Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Dasan Cermen dapat tuntas sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Ia menyayangkan target-target pengerjaan
proyek fisik yang sudah dicanangkan gubernur dalam rangka pelayanan kepada masyarakat selalu molor.
Ia menceritakan,
dulunya RSUP Dasan Cermen ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2013. Namun
ternyata molor sampai saat
ini karena ada sejumlah fasilitas yang harus dibangun. Tahun inipun, lanjutnya,
pembangunan sejumlah fasilitas terancam molor lagi jika melihar progres pembangunan
sampai triwulan III ini yang masih jauh di bawah target. Untuk itu, pada tahun
2015 mendatang DPRD akan mempertimbangkan pengalokasian anggaran bagi
proyek-proyek yang sering molor. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment