Be Your Inspiration

Tuesday, 12 August 2014

Konservasi Penyu, Wisatawan Mancanegara Lebih Peduli dari Pemerintah



Tempat Penangkaran Penyu di Gili Trawangan Lombok NTB

Jika berwisata ke Gili Trawangan, tidak hanya menikmati keindahan pantai dan kekayaan bawah lautnya. Namun, wisatawan juga dapat melihat anak-anak penyu yang berada di penangkaran swadaya yang digagas warga sejak tahun 2005 lalu. Ternyata, konservasi penyu yang digagas oleh swadaya masyarakat itu selama ini tak pernah diperhatikan oleh pemerintah. Malah, para wisatawan mancanegara yang menaruh perhatian cukup besar terhadap aktivitas penangkaran biota laut itu. 

“Selama ini belum ada perhatian  dari pemerintah. Yang banyak peduli bule-bule (wisatawan, Red),” kata salah seorang pengelola Yayasan Konservasi Penyu Gili Trawangan, Marjan di sela-sela kunjungan assessor Global Geoparks Network (GGN), Prof. Watanabe di Gili Trawangan, Senin (11/8/2014).

Marjan menceritakan, konservasi penyu tersebut didirikan oleh salah seorang warga yang bernama Zainuddin pada 2005 silam. Lokasinya berada di pinggiran pantai dan berada di ruangan beratap yang luas. Di dalamnya terdapat tiga kolam besar dengan berbagai ukuran penyu, ada yang masih bayi atau disebut tukik hingga penyu yang ukurannya besar.

Berbagai turis mancanegara pun terlihat lalu-lalang di penangkaran penyu tersebut. Mereka bisa melihat informasi jelas tentang kehidupan penyu melalui papan besar. Di papannya dijelaskan tentang kehidupan penyu dan berbagai kegiatan konservasi yang dilakukan. Satu peringatan yang ditekankan adalah jangan menyentuh penyu saat berada di lautan. Hal tersebut dapat membuat penyu stres dan berdampak buruk dengan kesehatannya. Begitu juga dengan penyu yang berada di penangkaran, para turis tidak diizinkan untuk menyentuhnya.

Marjan menceritakan, bibit-bibit atau telur penyu itu dibeli di daerah sekitar Pelabuhan Bangsal. Setiap tahun, sebanyak 1.500 butir telur yang dibeli. Harga telur penyu masing-masing Rp 2 ribu per butir. Masa untuk menetas bisa sampai 40 hari. Namun, jika cuaca sering turun hujan maka telur-telur penyu tersebut bisa menetas sampai dua bulan. Biasanya, telur-telur penyu itu dibeli pada bulan Juni dan Juli.

Biaya untuk masuk ke penangkaran penyu tersebut adalah secara sukarela. Nantinya, biaya yang didapatkan akan dipakai untuk konservasi penyu, baik untuk membeli makan, kesehatan, atau untuk biaya renovasi bangunannya.

Marjan mengharapkan, pemerintah dapat memperbaiki bangunan penangkaran penyu tersebut. Pasalnya, bangunannya sudah cukup tua. ”Bangunannya perlu diperbaiki. Ini yang kita harapkan,’’ harapnya. (Suara NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive