Tempat Penangkaran Penyu di Gili Trawangan Lombok NTB |
Jika
berwisata ke Gili Trawangan, tidak hanya menikmati keindahan pantai dan
kekayaan bawah lautnya. Namun, wisatawan juga dapat melihat anak-anak penyu
yang berada di penangkaran swadaya yang digagas warga sejak tahun 2005 lalu. Ternyata,
konservasi penyu yang digagas oleh swadaya masyarakat itu selama ini tak pernah
diperhatikan oleh pemerintah. Malah, para wisatawan mancanegara yang menaruh
perhatian cukup besar terhadap aktivitas penangkaran biota laut itu.
“Selama
ini belum ada perhatian dari pemerintah.
Yang banyak peduli bule-bule (wisatawan, Red),” kata salah seorang pengelola
Yayasan Konservasi Penyu Gili Trawangan, Marjan di sela-sela kunjungan assessor Global Geoparks Network (GGN), Prof.
Watanabe di Gili Trawangan, Senin (11/8/2014).
Marjan
menceritakan, konservasi penyu tersebut didirikan oleh salah seorang warga yang
bernama Zainuddin pada 2005 silam. Lokasinya
berada di pinggiran pantai dan berada di ruangan beratap yang luas. Di dalamnya
terdapat tiga kolam besar dengan berbagai ukuran penyu, ada yang masih bayi
atau disebut tukik hingga penyu yang ukurannya besar.
Berbagai
turis mancanegara pun terlihat lalu-lalang di penangkaran penyu tersebut.
Mereka bisa melihat informasi jelas tentang kehidupan penyu melalui papan
besar. Di papannya dijelaskan tentang kehidupan penyu dan berbagai kegiatan
konservasi yang dilakukan. Satu peringatan yang ditekankan adalah jangan
menyentuh penyu saat berada di lautan. Hal tersebut dapat membuat penyu stres
dan berdampak buruk dengan kesehatannya. Begitu juga dengan penyu yang berada
di penangkaran, para turis tidak diizinkan untuk menyentuhnya.
Marjan
menceritakan, bibit-bibit atau telur penyu itu dibeli di daerah sekitar
Pelabuhan Bangsal. Setiap tahun, sebanyak 1.500 butir telur yang dibeli. Harga
telur penyu masing-masing Rp 2 ribu per butir. Masa untuk menetas bisa sampai
40 hari. Namun, jika cuaca sering turun hujan maka telur-telur penyu tersebut
bisa menetas sampai dua bulan. Biasanya, telur-telur penyu itu dibeli pada
bulan Juni dan Juli.
Biaya
untuk masuk ke penangkaran penyu tersebut adalah secara sukarela. Nantinya,
biaya yang didapatkan akan dipakai untuk konservasi penyu, baik untuk membeli
makan, kesehatan, atau untuk biaya renovasi bangunannya.
Marjan
mengharapkan, pemerintah dapat memperbaiki bangunan penangkaran penyu tersebut.
Pasalnya, bangunannya sudah cukup tua. ”Bangunannya perlu diperbaiki. Ini yang
kita harapkan,’’ harapnya. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment