Peringatan hari ulang tahun (Hultah) Nahdlatul Wathan Dinniyah Islamiyah
(NWDI) ke – 79 yang
dirangkai dengan Haul ke-17 pendiri NWDI, Almagfurullah Maulana Syekh TGKH.M.Zainuddin
Abdul Majid, berlangsung Minggu (10/8/2014). Momentum ini merupakan wujud mengingatkan kembali pada perjuangan dan
sejarah berdirinya NW sebagai salah satu organisasi Islam di NTB dan menjadi penentu
kekuatan kemajuan Islam di
Indonsia.
Demikian
diungkapkan, Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, yang juga Ketua Umum PB Muhammadiyah Pusat, Prof.Dr.Din Syamsudin
dalam sambutannya pada
Hultah NWDI ke-79 dan Haul
ke-17 Almagfurullah TGKH.M.Zainuddin Abdul Majid, di Pancor, Lombok Timur (Lotim), kemarin.
Harus
diakui kata Din Syamsuddin, NW telah tumbuh luas tidak hanya di NTB
melainkan di seluruh Indonesia bahkan keluar negeri. NW menurutnya, telah menjadi gerakan
Islam nasional
dan patut diapresiasi pertumbuhannya. ‘’Saya atas nama
pribadi dan dua organisasi yakni MUI dan PP Muhammadiyah yang saat ini saya emban, mengucapkan
selamat ulang tahun NWDI ke 79,’’
ujar Din Syamsuddin.
Hadir pada kesempatan
itu, Putri Maulana
Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid, Hj. Sitti Rauhun Zainuddin Abdul
Majid, Gubernur NTB yang juga Ketua Umum Dewan Tahfidziah PBNW, Dr.
TGH. M. Zainul Majdi beserta seluruh pengurus NW dan pejabat lingkup Pemprov
NTB.
Dijelaskan, makna yang terkandung pada kata NW merupakan
tidak ada perbedaan kebangsaan dan keagamaan. Artinya, antara agama dan bangsa
menyatu satu sama lain. Sehingga, NW dapat menjadi penentu kekuatan kemajuan
umat Islam di NTB
khususnya dan Indonesia umumnya. ‘’Harapan
saya, peringatan ini menjadi kekuatan kemajuan umat Islam di
Indonesia,’’ harapnya.
Secara kelembagaan ditegaskan, NW dan organisasi
masyarakat (ormas) Islam lainya,
membangun sebuah pergerakan secara bersama untuk berjihad menjadikan Indonesia aman dan
damai. Disebutkan, dari sekitar 240 juta jiwa penduduk Indonesia, 88,2 persen
adalah umat muslim. Artinya, dengan jumlah 210 juta umat Islam, menjadi
kekuatan yang mampu menjaga kekuatan umat Islam. ‘’Maju mundurnya
Indonesia, ditentukan maju mundurnya umat Islam,’’
ujarnya.
Oleh karena itu Din Syamsuddin berharap, NW dan umat Islam umumnya memiliki
tanggung jawab, untuk menjaga kehormatan, keharmonisan dengan agama lainnya. Sementara itu, Ketua Umum Dewan Tanfidziah PBNW Dr. TGH.
M. Zainul Majdi mengatakan, peringatan Hultah NWDI merupakan refleksi untuk
mengingat perjuangan, kegigihan dan sejarah maulana syekh yang datang ke Lombok
mengajarkan ilmu agama. Dia berharap, agar pengurus dan jemaah
mempertahankan dan sama – sama menjaga NW sebagai organisasi dakwah.
Usia NWDI nampaknya bisa dikatakan sudah uzur bila
disamakan dengan usia manusia saat ini. Bayangkan dengan usia manusia yang
hampir satu abad tersebut, sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Akan tetapi,
NWDI diusianya yang
uzur justru menunjukkan kejayaan dan eksistensinya merangkul serta
melebarkan sayapnya di tingkat nasional dan bahkan internasional. Khusus di tingkat
nasional, NW sudah mulai diakui dengan berdirinya cabang – cabang di masing –
masing provinsi.
Sementara di tingkat internasional, alumni atau kader NW
menjadi orang – orang terdidik dengan segudang prestasi.Euforia kemeriahan Hultah NWDI ke – 79 terlihat jelas di seantero Pulau Lombok dan
bahkan Pulau sumbawa.
Tidak heran, setiap tahun ratusan dan bahkan ribuan jemaah berdesakan
memenuhi lorong – lorong. Tidak hanya itu, ruas jalan TGKH. M. Zainuddin Abdul
Majid dan bahkan Taman Kota Selong, disesaki
pengunjung.
Kehadiran ribuan umat yang itu sebagai bentuk mengingat dan menghormati jasa pendiri NW
tersebut. Tak ayal, Gubernur NTB, dan ribuan jemaah meneteskan airmata
mengingat perjuang dan riwayat renungan masa yang ditulis Maulana Syaikh.
Tuan Guru Bajang (TGB)---sapaan Gubernur NTB, tidak kuasa
menahan air
mata. Sorban putih yang dikenakan terlihat basah dan beberapa
menit,
ceramahnya terhenti di hadapan para jemaah. Sontak, jemaah yang hadir ikut meneteskan air mata melihat
TGB terdiam dan meneteskan airmata. Bukan tidak ada alasan TGH terdiam dan
menangis saat itu.
Perjuangan kakeknya Maulana Syaikh dinilai sangat berat. Berdakwah
dari pelosok ke pelosok, demi mengajarkan Islam kepada masyarakat Sasak saat itu.
Hasil perjuangan 79 tahun silam, sudah dirasakan oleh
ribuan masyarakat di NTB dari tangan seorang Almagfurullah TGKH. M.
Zainuddin Abdul Majid. Keberhasilan tersebut diantaranya, berdirinya pondok
pesantren, madrasah atau sekolah secara berjenjang dan lahirnya generasi NW
yang berprestasi tingkat provinsi, nasional bahkan internasional.
TGB pada
kesempatan itu memberikan lima pesan kepada kader – kader NW. Pertama,
kader NW harus selalu bersyukur. Kedua, menggali ilmu dan nilai perjuangan
maulana syekh. Ketiga, kader atau pengurus NW tetap menjaga kekompakan.
Kekompakan dimaksud, dengan semakin berkembangnya NW tidak menutup kemungkinan
banyak cobaan, fitnah dan godaan baik politik, jabatan dan lain sebagainya yang memecah serta
mengaburkan persatuan antarpengurus. Keempat, bangun persaudaran. Dan terakhir,
seluruh jemaah dan
pengurus, agar meluruskan niat.
‘’Ada lima pesan
saya untuk menjaga NW dan menghargai perjuangan ninikda Maulana Syaikh,’’ pesan TGB.
Ditegaskan
pula bahwa pengurus, kader dan jemaah NW, tidak menyerahkan tanggung jawab kepada
satu orang saja. Keberlangsungan atau berkembangnya NW menjadi tanggung jawab bersama
kader dan jemaah. Selain itu,
kebaikan – kebaikan atau ilmu yang diajarkan oleh maulana syekh, agar tetap
diamalkan, dijaga serta dipelihara. Sehingga, umat Islam saling
mencintai antarsesama dan
tidak terpecah belah. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment