Be Your Inspiration

Tuesday, 4 November 2014

Museum NTB Mulai Koleksi Tradisi Lisan



Siswa-siswa di NTB saat berkunjung ke Museum Negeri NTB.
Museum Negeri NTB berusaha meningkatkan kunjungan siswa,
karena bisa belajar langsung.

Mengoleksi tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat NTB adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh Museum Negeri NTB. Saat ini, koleksi tradisi lisan dinyatakan baru dimulai dan hanya memiliki satu batang koleksi tradisi lisan berupa Sistem Penanggalan Sasak (Warige). Demikian disampaikan Plt Kepala  Museum NTB, Drs. Hafid, MM., Sabtu (1/11/2014).


Dalam upaya mengumpulkan tradisi lisan itu, tentu harus dikemas dengan cara meliterasikannya. Hal itu sebagai upaya memindahkan situs agar dapat diabadikan serta mampu dipelajari dan dipahami oleh generasi muda mendatang. Sederhananya, rekam tradisi lisan itu harus dituangkan dalam tulisan yang tentunya melalui proses panjang yakni penelitian.

“Kalau saat ini kita baru memiliki hanya satu tradisi lisan yang sudah diliterasi. Itupun dilakukan oleh mantan kepala museum yang menjabat beberapa tahun yang lalu. Tradisi itu berupa sistem penanggalan Sasak yang berkembang di tengah masyarakat suku Sasak (Lombok),” terangnya.

Ke depan, lanjutnya, pihak museum akan berupaya untuk menggali situs – situs tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat untuk diliterasikan. Itu, sebagai upaya yang akan dilakukan oleh museum untuk merekam nilai – nilai kearifan tradisi sehingga dapat dipelajari oleh generasi muda. Menurutnya, museum bukan hanya menjadi tempat atau benda – benda kuno sehingga museum memiliki konotasi ‘’gudang’’ benda lama bagi masyarakat.

Meski demikian, puluhan tahun lamanya museum memiliki koleksi tradisi lisan yang  tergolong minim. Padahal, jika kita melihat fakta lapangan, masih banyak situs tradisi lisan yang  belum tercatat serta diabadikan dalam bentuk tulisan. Disamping itu, Badan Arkeologi juga jarang melakukan kajian di wilayah NTB.

Lagi–lagi, persoalan yang membenturkan semua itu kembali kepada anggaran. Dia mengakui kelemahan yang terjadi pada badan permuseuman yang hendak melakukan penelitian yakni soal minimnya anggaran yang dikucurkan. Diungkapkannya, anggaran yang dialokasikan untuk museum saat ini tidak sama seperti pada masa museum berada di Koridor UPT Pusat (vertikal). Hal itulah yang menyebabkan terkendalanya upaya pelestarian terhadap situs – situs tradisi lisan yang membutuhkan kajian penelitian yang cukup panjang. (Suara NTB



Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive