Mahasiswa UTS
berpose usai meraih medali perunggu dalam kompetisi International Genetically Engineered Machine di Boston Amerika Serikat. |
Bagaimana tidak, tim mahasiswa UTS berhasil meraih tiga penghargaan dunia di ajang bergengsi tersebut dan mampu mengharumkan nama Indonesia dan NTB di mata internasional.
Duta-duta UTS, yakni Cindy Suci Ananda, Mochammad Isro Alfajri, Adelia Elviantari, Fahmi Dwilaksono, Muhammad Al Azhar, Rian Adha Ardinata, Yulianti dan Indah Nurulita mampu mempersembahkan medali perunggu (bronze medal) atas keberhasilannya melakukan pemaparan project Econey. Selain itu, mereka berhasil menyabet dua gelar lainnya, yaitu Best Policy and Practices Shout Out dan IGEM Chairman’s Award–penghargaan spesial yang paling prestisius dari Presiden IGEM.
Saat dihubungi, Rabu (5/11/2014), Zulkieflimansyah, menegaskan, apa yang diraih mahasiswanya di Amerika Serikat tersebut membuktikan kualitas perguruan tinggi di Sumbawa, khususnya tidak kalah dengan perguruan tinggi di daerah lain yang ada di NTB atau Indonesia. Adanya perguruan tinggi berkualitas dan prestasi yang diraih ini mengindikasikan bahwa indeks pembangunan di NTB menjadi lebih baik.
Menurutnya, prestasi yang diraih di bidang Bioteknologi yang merupakan program studi baru berada di bawah bimbingan langsung Dr. Arief Witarto, PhD adalah dosen yang ahli di bidangnya dan merupakan ahli satu-satunya yang ada Indonesia. Dalam hal ini, ujarnya, jika ingin berprestasi di satu bidang harus ada ahlinya. Salah satu tenaga ahli yang dimiliki UTS, lanjutnya, adalah Arief Witarto yang sudah memiliki jaringan luas di bidang bioteknologi hingga tingkat internasional dan mampu menerapkan pada mahasiswanya.
Pada bagian lain, ungkapnya, dalam mengembangkan sebuah institusi pendidikan tidak harus bergantung pada bantuan pihak lain. Paling tidak dengan kemampuan yang dimiliki, seperti UTS mampu berprestasi di bidang pendidikan, khususnya di tingkat internasional. ‘’Tapi kalau ada bantuan kami senang sekali. Tapi bagi kami, jangan sampai dengan adanya keterbatasan fasilitas menjadi alasan untuk tidak berprestasi,’’ ujarnya.
Meski demikian, di tengah keterbatasan fasilitas atau sarana dan prasarana, jika ditangani oleh orang yang tepat, maka prestasi akan bisa diraih. ‘’Jadi tidak boleh lagi, universitas yang ada di NTB mengeluh karena tidak ada dana. UTS sebagai universitas baru, bisa berprestasi,’’ tambahnya.
Selain itu, Dr. Zul menyarankan pada perguruan tinggi di NTB mengikuti berbagai macam kompetisi di luar daerah atau luar negeri. Dari kompetisi yang diikuti, ujarnya, akan menambah jaringan atau network baru bagi perguruan tinggi bersangkutan, sehingga nanti bisa membuat sebuah komunitas. Jika ini bisa dilakukan akan menambah jaringan dan membuat perguruan tinggi bisa meningkatkan kualitas dan mutu dari perguruan tinggi bersangkutan.
Menurutnya, keberhasilan UTS akan semakin membuka mata pemerintah terhadap potensi dan sumber daya manusia di Indonesia bagian Timur. "Memajukan pendidikan teknologi di Indonesia Timur adalah solusi utama agar Indonesia Timur bisa mengejar ketertinggalannya dan mampu mengelola sendiri sumber daya alam yang melimpah," katanya.
Dalam kompetisi bioteknologi dunia di MIT, ke delapan mahasiswa UTS Sumbawa meneliti kadar glukosa pada madu Sumbawa dengan memanfaatkan bakteri E-coli dan gen Discosoma SP yang mengeluarkan warna merah pada terumbu karang. Kompetisi diadakan pada 30 Oktober-3 November 2014. (*)
0 komentar:
Post a Comment