Bupati Lombok Timur H.
Moch. Ali Bin Dachlan saat berada di kawasan Hotel Jeeva Bloam Pantai Tanjung Bloam, Kamis (13/11/2014). |
Bupati Lombok Timur (Lotim) H. Moch Ali Bin Dachlan secara khusus
mengunjungi Hotel
Jeeva Bloam yang terletak dekat Pantai Tanjung Bloam Desa Sekaroh Kecamatan
Jerowaru, Kamis
(13/11/2014). Bupati Lotim mengingatkan agar pengelola hotel yang
berdiri di atas hutan lindung Sekaroh itu menjaga kelestarian hutan. Pengelola
juga diminta agar menggaji orang secara khusus untuk menanam pohon, menjaga
keasrian hutan dengan baik.
Hutan lindung yang akan
terlihat makin rimbun bisa menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi
wisatawan yang berkunjung ke hotel
yang mengembangkan konsep eco tourism
itu. “Tidak usah andalkan
orang dinas. Gaji
sendiri orang
untuk kelola hutan,
perbanyak tanam jenis
tanaman,” pintanya.
Pihaknya
menyadari kawasan hutan lindung Sekaroh ini terancam dari praktik perusakan.
Satu sisi menuntut hutan
lestari dan sisi lainnya, keberadaan hutan juga bisa
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,
sehingga dua hal itu dianggap tidak mudah.
Diberlakukan di hutan lindung aturan ada beberapa persen hutan bisa dikelola dan
beberapa persen lainnya tidak boleh disentuh. Seperti Jeeva Bloam,
katanya,
sebagai investor yang
sudah berada di ata kawasan hutan lindung maka wajib menjaga
hutan.
Jika Jeeva Bloam bisa
melaksanakan pemeliharaan dan pelestarian
hutan dengan baik, maka bupati
meyakinkan akan
jadi model baru
pengembangan kawasan hutan.
Tantangan untuk mewujudkan hal itu dinilai cukup berat. Bupati Lotim
ini pun siap bisa membela investor
yang bisa melaksanakan pemeliharan hutan dengan baik. “Kita akan bela jika bisa buktikan,”
katanya.
Konsep pengembangan pariwisata
yang berwawasan lingkungan di Lombok Timur harus dikembangkan terus. Prinsip
yang dipegang bupati
yang juga mantan aktivis lingkungan ini, sebenarnya tidak suka dibangun jalan
hotmik
menuju kawasan wisata di wilayah hutan lindung
Sekaroh. Dikhawatirkan dengan jalan hotmik
membuka peluang besar terjadinya pencurian kayu-kayu hutan secara ilegal. Ia pun mendukung investor Jeeva Bloam ini
membiarkan kondisi infrastruktur hotel yang menggunakan bahan-bahan alam.
Para turis asing dinilai bupati
menganggap kemewahan itu sebenarnya adalah hutan. Bukan gedung-gedung
bertingkat dan jalan mulus. “Jangan
pandang kemewahan dengan gedung bertingkat. Hutan bagi orang luar negeri justru
merupakan kemewahan,” tegasnya
saat diwawancara wartawan.
Orang-orang yang membangun
gedung bertingkat itu,
karena tidak ada lahan tempat membangun. Hal ini ditegaskan bupati
bukanlah kemewahan dan bukan menjadi indikator keberhasilan pembangunan.
Pengelola Jeeva Bloam, Haekal
yang menerima rombongan bupati
mengatakan siap akan melaksanakan saran kepala daerah Kabupaten Lotim itu. Ia
menuturkan, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan salah satu SMK Kehutanan
di Sekaroh untuk melakukan penanaman di kawasan hutan.
1 komentar:
Apa benar penduduk sekitar dan wistawan yang tidak menginap di resort jeeva bloam tidak diperkenan kan untuk masuk dan mengunjungi tempat wisata tersebut? saya membaca dari beberapa blog yang menyebutkan bahwa mereka dilarang masuk oleh petugas keamanan ketika akan memasuki resort tersebut.
Apa dasar dan landasan nya?
kenpa kita warga indonesia tidak bisa menikmati keindahan alam negerinya sendiri?
barangkali ada yang bisa menjelaskan
Mohon pencerahanya terimakasih
Post a Comment