Meriam Jepang di Sekotong Lombok Barat dijarah warga |
Sekitar 3,5 tahun bangsa Jepang menjajah Indonesia, sebelum
dikalahkan sekutu ditandai dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Beberapa
peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya di
Pulau Lombok ditemukan di daerah Lombok Barat (Lobar) paling selatan, persisnya
di Desa Batu Putih.
Di beberapa kawasan di daerah itu, diduga masih tersimpan
peninggalan bangsa Jepang berupa senjata, gua tempat penyimpanan senjata dan
gudang beras. Menelusuri keberadaan peninggalan bersejarah ini, wartawan ikut
bersama tim Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) NTB Ibnu Salim, SH,
MSi, ditemani warga setempat.
Meriam Jepang di Sekotong Lombok Barat Nusa Tenggara Barat |
Salah satu sasaran, mencari lokasi tempat senjata meriam.
Konon di kawasan ini, ada enam senjata meriam, namun yang masih utuh hanya dua
unit. Sementara sisanya hilang dijarah oknum warga tak bertanggung jawab. “Ada
enam senjata meriam di sini, tapi dua yang masih ada. sedangkan sisanya dijarah
warga,” tutur Amaq Selmah pada rombongan.
Diakuinya, senjata itu ditemukan tahun 1940-1941 setelah
perang dunia II. Di mana Jepang menyerah atas
Sekutu. Saat perang, lokasi pesenjataan Jepang dipusatkan di kawasan
Pemalikan persis di pinggir laut. Alasannya, karena lokasi itu dekat dengan
laut sehingga ketika ada kapal musuh bisa diserang lewat darat.
Beberapa peninggalan Jepang yang masih utuh senjata meriam,
gua penyimpananan senjata dan gudang beras. Namun yang masih utuh, hanya
beberapa unit senjata meriam. Itupun satu meriam, sejumlah komponennya hilang
dicuri warga.”Kasus pencurian besi senjata itu diproses oleh aparat, pelakunya
waktu itu ditangkap,” tuturnya.
Meriam peninggalan tentara Jepang yang dicuri warga di Sekotong Lombok Barat Nusa Tenggara Barat |
Rombongan ditemani seorang anak bernama Edy, membantu
menunjukkan arah ke lokasi senjata meriam. Di tengah terik panas matahari siang
itu, rombongan menyusuri jalan setapak, terjal dan berbatu mengitari lereng
gunung. Medan yang dilalui sangat sulit
sebelum tiba di lokasi senjata tersebut berada. Di tengah perjalanan, rombongan
menemukan banyak lahan hutan konservasi yang dirambah secara ilegal oleh warga
luar.
Menempuh jarak
sekitar beberapa kilometer dari kaki gunung, akhirnya rombongan menemukan
lokasi senjata meriam dimaksud. Benar saja, senjata meriam itu kokoh berdiri di
pinggir ditebing. Senjata ini sepertinya sengaja dibangun menjorok ke laut,
tujuannya agar mempermudah menyerang musuh melalui jalur laut.
Di bagian pelindung senjata itu, tertera identitas senjata
itu sendiri. Senjata yang diperkirakan berkekuatan 5-6 kiometer ini, merupakan
buatan Jerman sekitar tahun 1901. Bagian cerobong senjata masih utuh, hanya
saja sebagian komponen senjata ini terlihat tidak ada di tempat karena ulah
tangan jahil. “Ini pasti ulah tangan tidak bertanggung jawab,”kata Abdul siri
Petugas relawan Tagana NTB.
Meriam Tentara Jepang yang ditinggalkan di Sekotong Lombok Barat ditelantarkan dan banyak dicuri warga. |
Dikatakan, senjata ini merupakan peninggalan penjajah Jepang
pada perang dunia II. Menurutnya, kemungkinan tidak hanya senjata ini saja di
kawasan itu, namun pasti ada senjata lain yang masih ada namun belum ditemukan.
Untuk melestarikan keberadaannya, di samping sebagai lokasi tujuan wisata ia
berharap agar Pemda melakuan pemugaran peninggalan tersebut. Jangan sampai
peninggalan bersejarah ini lenyap begitu saja, karena tak diurus pemerintah.
Pihaknya sendiri telah bersurat ke Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata NTB, Gubernur NTB dan pihak terkait lainnya, namun belum direspons.
Ia meminta agar Pemda melakukan pemugaran melibatkan warga setempat. Ia
mengusulkan agar dibangun akses jalan dan pagar di sekitar senjata tersebut
agar tidak dicuri warga.
Usai dari lokasi meriam,
rombongan menuju ke lokasi senjata meriam yang lain. senjata meriam yang satu
ini, sudah tidak utuh lagi, karena bagian cerobong senjatanya dicuri oknum
warga. Selain itu, sejumlah komponen banyak yang tidak utuh lagi.
Terpisah Kades Batu
Putih Nurzaini menyatakan, senjata meriam yang ada di kawasan itu hanya tinggal
4 unit, itupun hanya ada dua yang masih utuh, sedangkan sisanya entah kemana.
Terkait keberadaan peninggalan Jepang itu, seharusnya BKSDA yang berwenang
mengelola karena lokasi itu kawasan konservasi. ”BKSDA ini kan tidak pernah
memperhatikan itu,” sindirnya.
Kepala Satpol PP NTB, Ibnu Salim menambahkan penertiban
peninggalan penjajah Jepang penting sebagai media wisata. Para wisatawan yang
datang ke kawasan itu bisa diarahkan ke kawasan itu. “Khusus tamu dari Jepang
kan bisa bernostalgia melihat senjata itu,” sarannya. (Heru/Suara NTB)
2 komentar:
sipp
sipp
Post a Comment