Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terbilang nyaris tidak terkena dampak
positif pengembangan dunia pariwisata NTB, atau minim sekali mendapat dampak dari arus kunjungan wisatawan.
Pasalnya, sebagian besar wisatawan domestik, apalagi mancanegara, khususnya yang datang berkunjung ke Lotim
tidak menginap dan berbelanja di Lotim.
Hal ini diakui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Lotim,
Lalu Wirabakti kepada Suara NTB, Rabu
(3/12/2014). Semua pengunjung Lotim baik yang menggelar studi banding maupun
melakukan kunjungan kerja memilih menginap di Lombok Barat atau Mataram.
Menurutnya, sudah lama persoalan ini menjadi atensi Disbudpar. Sejumlah
wistawan domestik yang ditanya mengaku memang sengaja memilih menginap di luar
Lotim karena sejumlah alasan. Diantaranya, fasilitas hotel di Lotim tidak ada yang memadai. “Ada juga alasan karena lebih dekat
dengan keluarga,” tuturnya.
Besar harapannya ada investor yang mau membangun fasilitas hotel di
perkotaan. Pihak Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) diminta bisa turut
membantu untuk memberikan penjelasan agar para wisatawan bisa menginap dan
berbelanja di Lotim. Diharapkan pula para wisatawan bisa memperpanjang waktu
kunjungannya di Lotim.
Sebetulnya ditambahkan Wirabakti, jika ada lokasi yang strategis untuk
membangun fasilitas hotel di Lotim, bisa dilakukan. Hanya saja sejauh ini kerap terbentur persoalan
kepemilikan lahan.
Ketua BPPD Lotim, Widiyanto juga mengakui fakta banyaknya pengunjung Lotim
yang datang hanya dalam waktu sebentar saja di Lotim. Semua stakeholder pariwisata termasuk kalangan
pemerintah harus memikirkan persoalan tersebut. Bicara wisatawan tidak saja
orang yang ingin menikmati keindahan dan panorama alam Lotim yang molek. Kunjungan para tamu
dari daerah lain untuk studi banding juga bagian dari wisatawan.
Ketua BPPD Lotim, Widiyanto |
“Jangan abaikan para wisatawan yang
datang ke Lotim menggelar meeting,” ucapnya. Orang datang dari luar daerah menggelar studi banding. Hitungan rata-rata per bulan sudah cukup banyak sekali yang
bertandang ke Lotim. Akan tetapi, hanya singkat saja di sebabkan Lotim tidak punya
inftrastuktur penginapan yang memadai.
“Ini harus jadi pemikiran bersama, baik investor, pemerintah atau masyarakat untuk membangun fasilitas
penginapan yang representatif di Selong, Lotim,” ucapnya. Lokasi pembangunannya pun harus strategis
dalam kota.
Investasi yang ditanamkan
dalam hal pembangunan hotel
harus diawali dengan sejumlah pertimbangan matang. Antara lain memiliki segmentasi pasar yang pasti dan jelas.
Ketika punya segmentasi yang jelas, diyakinkan tidak perlu khawatir akan kalah
saing dengan keberadaan sejumlah hotel
berbintang lainnya. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment