Taman wisata dan pemandian umum Aik Bukaq Desa Aik Bukaq
Batukliang, selama ini tercatat sebagai salah satu sumber pemasukan bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Ironisnya, setelah
diambil alih pengelolaannya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat,
hasil pengelolaan taman tersebut menjadi tidak jelas. Lantaran pengelolaannya
terkesan tidak transparan.
Kepala Desa Aik Bukaq, H.L. Gita Isku kepada Suara NTB, Selasa (23/12/2014) mengungkapkan,
ketidakjelasan pengelolaan hasil taman Aik Bukaq sendiri bisa dilihat dari
besaran setoran PAD petugas dari Disbudpar Loteng. Dimana dalam satu bulan,
petugas Disbudpar Loteng paling tinggi hanya menyetor PAD sebesar Rp 3,6 juta
ke Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Loteng.
Padahal riil di lapangan pemasukan yang diperoleh dari
taman Aik Bukaq dari hasil penjualan tiket masuk saja, rata-rata bisa mencapai
hingga Rp 15 juta sebulan. “Itu dalam kondisi normal. Tetapi kalau pada musim
liburan, apalagi ada libur hari raya besar, pemasukan dari pengelolaan taman
bisa jauh di atas itu,” akunya.
Bahkan kata Gita, pernah petugas pengelola taman Aik
Bukaq hanya menyetor sekitar Rp 900 ribu saja ke Dispenda Loteng. Jauh di bawah
besaran setoran biasanya. “Ini kan menjadi tanda tanya besar. Dengan rata-rata
pemasukan yang mencapai belasan juta sebulan. Justru PAD yang disetorkan ke kas
daerah oleh petugas Disbudpar Loteng jauh dari apa yang diharapkan. Lalu kemana
sisa hasil pengelolaan taman yang lainnya?,” timpalnya.
Pasalnya, yang disetorkan tersebut baru sebatas hasil
dari penjualan tiket masuk pengunjung taman saja. Belum termasuk hasil
pengelolaan kebun, sawah dan kolam ikan yang di dalam kawasan taman. Mengingat,
selain memiliki kolam permandian, taman Aik Bukaq juga memiliki sawah serta
kebun kelapa dan kolam ikan yang cukup luas.
“Untuk itu, kami
selaku pemerintah desa mendesak pemerintah daerah meninjau kembali pengelolaan
taman Aik Bukaq. Karena pemasukan yang disetorkan jauh dari hasil yang
sesungguhnya,” tegasnya.
Parahnya lagi, kendati dikelola oleh Disbudpar Loteng
kondisi taman Aik Bukaq justru terkesan tak terawat. Banyak fasilitas di dalam
taman yang sudah rusak. Termasuk fasilitas kolam yang lantai keramiknya juga
sudah mulai retak. “Sudah banyak kejadian, pengunjung yang tengah mandi kakinya
terluka akibat pecahan keramik kolam. Kalau sudah seperti itu, bagaimana bisa
menarik pengujung lebih banyak lagi,” keluh Gita.
Hal itulah yang membuat pihak desa semakin miris. Di satu
sisi, pemerintah terus berupaya menggenjot angka kunjugan ke taman Aik Bukaq.
Tapi sisi lain, fasilitas taman tidak kunjungan diperbaiki. Apalagi ditambah
dengan fasilitas lainnya. Sehingga wajar kalau warga mempertanyakan hasil
pengelolaan taman yang begitu besar, tetapi tidak sebanding dengan perhatian
yang diberikan oleh pihak pengelola dalam hal ini Disbudpar Loteng. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment