Promosi
pariwisata ke luar negeri dipandang sebagai salah satu bentuk pemborosan
anggaran. Walaupun hal itu tidak ada salahnya, namun alangkah baiknya jika di era
global ini promosi bisa dilakukan melalui media internet (situs – situs Website). Hal itu dapat dilakukan demi
menghemat APBD, di samping melakukan pembenahan terhadap infrastruktur
pariwisata NTB yang masih minim.
Kunjungan
yang dilakukan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB untuk mempromosikan
pariwisata di negara Timur Tengah, saat ini menjadi perbincangan hangat
sejumlah pihak. Tak terkecuali, para pelaku pariwisata yang selama ini bergelut
dan menjadi eksekutor serta penggerak utama bidang industri kepariwisataan.
Salah
satu pelaku pariwisata NTB, L. Yodi Asrianto atau lebih akrab disapa Yodi Only1 de Kock, Selasa (2/12/2014), menjelaskan
bahwa wisatawan yang mendominasi kunjungan ke NTB berasal dari negara – negara
di Eropa, Asia dan Australia. Sementara jumlah pengunjung yang datang dari
negara Timur Tengah masih sangat sedikit.
“Kunjungan
ke luar negeri untuk mempromosikan pariwisata itu memang harus dilakukan, akan
tetapi pada era global seperti ini alangkah baiknya kita manfaatkan media atau
jejaring sosial seperti Website, dan
sebagainya. Ini juga sembari kita membenahi infrastruktur pariwisata kita yang
masih minim,” ujarnya saat ditanya terkait efisiensi pola promosi pariwisata ke
mancanegara.
Dikatakannya,
jumlah wisatawan yang datang dari Timur Tengah ke NTB masih sangat minim.
Dugaanya, hal tersebut dikarenakan belum adanya penerbangan yang langsung dari
negara – negara di sana menuju ke Bandara Internasional Lombok (BIL).
Setidaknya jika ada wisatawan yang akan datang ke NTB dari negara Timur Tengah maka minimal mereka harus
transit sebanyak dua kali.
“Pengamatan
saya wisatawan yang berkunjung ke NTB ini biasanya di bulan Oktober itu
didominasi dari Asia, kemudian di akhir tahun itu kebanyakan dari Eropa dan
Australia. Kalau yang dari Timur Tengah itu jumlahnya belum terlalu banyak,
sebab kalau mereka ingin kesini ya setidaknya minimal mereka dua kali transit,”
tambahnya.
Infrastruktur
yang memadai dan kematangan Sumber Daya Manusia terlebih dahulu harus menjadi
bahan evaluasi bersama sebelum berpromosi. Secara ekonomi Yodi berprinsip, bahwa
ketika penyedia barang atau jasa telah berani berpromosi, tentu barang yang
dipromosikan juga harus sudah ada dan siap saji. Sehingga ketika ada wisatawan
berkunjung, maka mereka tidak akan merasa kecewa.
“Prinsipnya,
ketika seorang pengusaha telah berpromosi, tentunya barang yang dipromosikan
sudah ada dan siap. Orang kan berwisata tujuannya adalah mencari ketenangan,
mencari tempat yang nyaman dan sebagainya. Inilah yang saya katakan
infrastruktur pariwisata kita benar – benar harus dipersiapkan, termasuk
penataan bangunan, sampai pada aspek kebersihan lingkungan,” tandasnya. Jadi,
alangkah lebih eloknya jika dana promosi miliaran rupiah tersebut dialokasikan
untuk membenahi infrastruktur, sedang promosi melalui internet merupakan bentuk
efisiensi anggaran. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment