Be Your Inspiration

Thursday, 18 December 2014

Ritual Adat Rebo Bontong di Lombok Timur Harus Mampu Datangkan Banyak Wisatawan


Para pemangku adat saat membawa kepala sapi dan sesajen lainnya
dalam ritual adat Rebo Bontong di Pringgabaya Lombok Timur,
Rabu (17/12/2014)

Ritual adat Rebo Bontong dan Tetulak Tamperan merupakan salah satu dari sekian banyak ritual adat yang ada di daerah Lombok khususnya yang dilakukan oleh masyarakat Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Adat ini dilakukan dilakukan secara beriringan, di antaranya tetulak desa, tetulak reban dan tetulak nelayan


Ritual-ritual itu merupakan peninggalan dari para budaya leluhur, sehingga masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan peninggalan yang sudah dititipkan. Selain kepala sapi, sesaji berupa hasil bumi seperti padi, buah-buahan, daun sirih, ayam hidup dan lainnya diikutsertakan dalam ritual adat itu.

“Kepala sapi dan seluruh sesaji lainnya itu kemudian dibuang ke laut menggunakan perahu,” jelas Ketua Panitia Penyelenggara Acara Adat Rebo Buntung atau lebih dikenal dengan rebo bontong, Judan Putra Baya, Rabu (17/12/2014).
 
Pemuka adat NTB pada acara rebo bontong dan tetulak tamperan di Pringgabaya Lombok Timur, Rabu (17/12/2014)
Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) NTB, Lalu Satria Wangsa, SH, menjelaskan, budaya adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, Sehingga, segala potensi peninggalan para leluhur itu harus tetap dipertahankan dan dilestarikan, karena merupakan sebuah peninggalan para leluhur masyarakat Sasak khususnya di Pringgabaya.

Oleh sebab itu, nagara Indonesia yang merupakan Negara kesatuan dalam konstitusinya harus mengakui dan melindungi hak-hak budaya dan masyarakat. Karena, setiap adat mempunyai nilai-nilai filosofis dari waktu ke waktu.  “Leluhur kita tidak sembarang menciptakan budaya dan adat,” terangnya.

Ia menambahkan, Pantai Tanjung Menangis dan Pantai Ketapang merupakan salah satu bukti nyata atas terjadinya peristiwa besar, yakni peralihan agama Budha ke agama Islam yang berlokasi di pantai tersebut. Oleh sebab itu, ia berpesan kepada pemerintah agar membangun sebuah monumen di Tanjung Menangis dan Ketapang supaya bisa menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lotim, Lalu Wirabhakti, SH menjelaskan, dikatakan Rebo Bontong, karena merupakan hari Rabo terakhir di bulan Safar. Di Lotim, jelasnya, Rebo Bontong merupakan salah satu dari sekian banyak adat yang tetap dilestarikan oleh masyarakat yang sudah diakui dan dipatenkan tingkat nasional. ‘’Akan tetapi, banyak masyarakat kita yang tidak mempedulikan adatnya itu,’’ kritiknya.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat Pringgabaya agar tetap memperhatikan tatanan adat yang sudah melekat pada masyarakat. Terlebih, kaum muda agar bersemangat dalam mengembangkan budaya adat dan objek wisata Tanjung Menangis dan Ketapang supaya bisa memancing para wisatawan.

Selain itu, Perwakilan Kementerian Kebudayaa RI, Hardi mengatakan, Palau Lombok sangat kaya dengan segala potensi yang ia miliki. Akan tetapi, ada tiga hal yang harus diperhatikan dan dipromosikan, yakni pertama, alam Lombok yang sangat luar biasa, cantik, indah, alami dan belum tercemari, kedua, adat istiadat dan budaya. Ketiga, wanita Lombok yang cantik-cantik, “Artinya, jiwa orang Lombok baik dan ramah tamah,”akunya. (Suara NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive