Sekretaris Bappeda NTB Yusron Hadi |
DATA Badan Pusat Statistik (BPS) NTB per Maret 2014, jumlah
penduduk miskin di NTB mencapai 820.818 orang atau 17,24 persen dari seluruh populasi penduduk di
daerah ini. Sesuai dengan RPJMD 2013-2018, NTB mengupayakan terjadi penurunan sebesar
2 persen per
tahun. Sehingga, ditargetkan jumlah penduduk miskin di NTB pada tahun 2018
mendatang tersisa tinggal 11 persen.
“Kita terus berupaya menekan angka
kemiskinan kita dari 24 persen lebih tahun 2008 kemudian turun menjadi 17,25
persen pada Maret 2014. Targetnya kemudian sesuai dengan RPJMD 2013-2018
terjadi penurunan sekitar 2 persen pertahun. Sehingga pada 2018 kita bisa
mencapai angka (sisa angka kemiskinan) jadi
11-12 persen,” kata Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) NTB, H. Yusron Hadi, ST, MUM ditemui di ruang kerjanya, Kamis (3/7/2014) .
Dijelaskan, pada RPJMD NTB
2008-2013, pemerintah daerah berhasil menurunkan angka kemiskinan sebesar 7 poin lebih dari 24
persen pada 2008 menjadi 17,24 persen pada Maret 2014. ‘’Maka empat
tahun ke depan
insya Allah kita optimis pada kisaran 11-12 persen jatuhnya. Sesuai dengan tren
penurunan kemarin dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui empat
kluster upaya pengentasan kemiskinan,’’ jelasnya.
Yusron mengatakan berbagai
upaya yang akan dilakukan dalam pengentasan kemiskinan empat tahun mendatang
melalui industrialisasi produk-produk unggulan daerah seperti sapi, jagung dan
rumput laut (Pijar). Dengan industrialisasi produk unggulan daerah itu, diharapkan
membangkitkan kekuatan ekonomi baru di masyarakat. Selain upaya pemberdayaan,
penguatan dan pemberian bantuan kepada masyarakat miskin.
“Program industri olahan,
perbaikan infrastruktur dasar akan terus diupayakan termasuk juga program
pelayanan sosial dan kesehatan terus
ditingkatkan. Misalnya ada program terobosan aksi seribu hari kehidupan (Ashar) dalam
peningkatan kualitas SDM,” tambahnya.
Ia mengatakan, pencapaian
dalam menurunkan angka kemiskinan tak terlepas dari keberhasilan pemerintah
kabupaten/kota karena menjadi ujung tombak di lapangan. Untuk itu, Pemprov NTB,
katanya akan terus membangun kerjasama dan kesepakatan melalui sinergi program
pembangunan yang berorientasi kepada pengentasan kemiskinan.
Yusron mengatakan sejak perencanaan pembangunan dilakukan
perumusan bersama program-program yang berorientasi pada pengentasan
kemiskinan. Dari situ, lanjutnya,
akan jelas mana yang menjadi kewenangan provinsi dan mana yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota. Diungkapkan, dua tahun terkahir pemerintah daerah
mendapatkan penghargaan dalam bidang Millenium
Development Goals (MDG’s) salah satu indikatornya adalah masalah kemiskinan
dan SDM. Namun, katanya, penghargaan tersebut tak lantas membuat terlena karena
masih banyak PR yang harus dituntaskan terutama dalam pengentasan kemiskinan.
Dikatakan, untuk tingkat
kabupaten/kota, angka kemiskinan yang paling tinggi adalah Kabupaten
Lombok Utara. Menurutnya, tingginya angka kemiskinan di Lombok Utara karena
termasuk daerah pemekaran baru. Sementara itu, untuk Kota Mataram dan Kota Bima
angka kemiskinannya relatif lebih
rendah dibandingkan kabupaten lainnya di NTB.
0 komentar:
Post a Comment