Be Your Inspiration

Tuesday, 29 July 2014

Tradisi ‘’Tiu’’ Sebelum Shalat Idul Fitri, Warga Jantuk Mandikan Kuda



Masyarakat Jantuk mengikuti Tradisi Tiu 
yang dilaksanakan seusai shalat Idul Fitri.
 Tiu adalah sebuah bendungan yang biasa digunakan oleh masyarakat Jantuk di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), untuk memandikan kuda sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Kuda – kuda tersebut ditunggangi dan berjalan beriringan seperti pawai. Tradisi ini sudah ada sejak lama. Seiring perkembangan zaman, tradisi tersebut terus dilestarikan dan untuk mempertahankannya, tradisi ini dijadikan  event tahunan masyarakat Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia , Kabupaten Lombok Timur. Tradisi ini dilaksanakan mulai pukul 04.00 hingga 07.00 Wita.

SALAH seorang tokoh masyarakat Desa Jantuk, Muslimin menjelaskan, Tradisi Tiu merupakan tradisi nenek moyang mereka sejak penjajahan Belanda sekitar  tahun 1890 – an. Awal mulanya, tiu merupakan bendungan atau sungai tempat biasa digunakan untuk memandikan kuda sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Kuda – kuda tersebut ditunggangi secara beriringan dalam jumlah yang sangat banyak.  ‘’Ini (Tradisi Tiu, red) sudah sejak tahun 1890 – an,’’ ungkap Muslimin yang juga Kepala Dusun Gubuk Lauk, Desa Jantuk, Senin (28/7/2014) malam.


Dikatakan, filosofi tradisi tersebut menunjukkan nilai – nilai perjuangan masyarakat tempo dulu melawan penjajah serta Jantuk sangat diistimewakan di masa Kerajaan Jereweh. Terlepas dari filosofi tersebut, diakui, sebagian besar masyarakat Jantuk memang mendapatkan penghasilan dari beternak kuda. ‘’Desa Jantuk dulu sangat diistimewakan ketika masih disebut distrik di masa kerajaan,’’ akunya.

Mempertahankan tradisi tersebut katanya, masyarakat khusus warga asli Jantuk diharuskan mengikuti Tradisi Tiu atau menunggang kuda. Pesertanya pun beragam, mulai dari pemuda, gadis hingga anak kecil. Disebutkan, tahun ini kuda yang ikut serta menyemarakan tradisi tersebut kurang lebih 200 ekor. ‘’Pokoknya tiap tahun itu terus meningkat, tahun 2013 masyarakat siapkan 150 ekor kuda dan sekarang sekitar 200 ekor,’’ sebutnya.

Diakui, kuda – kuda tersebut sebagian besar merupakan kuda yang sengaja di sewa oleh masyarakat dengan harga bervariasi. Diketahui, di zaman dulu masyarakat menyewa hanya Rp 15,  sedangkan saat ini mencapai Rp 700 ribu. Tetapi, tidak dipungkiri sudah banyak masyarakat yang mulai memelihara kuda yang dipersiapkan untuk mengikuti tradisi tersebut. “Dulu kita bisa sewa Rp 15, sekarang sampai Rp  700 ribu,” sebutnya seraya menambahkan tradisi ini, hanya bisa diikuti oleh masyarakat Jantuk dan tiap tahun warga yang keturunan Jantuk wajib pulang menyaksikan perayaan tersebut.

Apa alasan tokoh masyarakat memulai tradisi ini pukul 04.00 hingga pukul 07.00 ? Muslimin menjelaskan, sudah tradisi yang diterima dari nenek moyang dari tahun ke tahun. Pertimbangan lain sambungnya, menghindari kemacetan apabila dilaksanakan pagi, siang atau sore hari. “Ini memang sudah tradisi dari dulu,” jawabnya serta berharap agar tradisi itu, tetap dipertahankan dan paling tidak menjadi tradisi yang dapat mengundang wisatawan. “Mudah – mudahan ini tetap eksis atau dipertahankan oleh generasi selanjutnya,” ujarnya.


Hafifudin pemuda Desa Jantuk mengakui, dirinya diajarkan menunggang kuda oleh orangtuanya sejak duduk di kelas 1 SD. Dari tradisi tersebut menurutnya, ada pembelajaran yang didapatkan, baik itu nilai perjuangan serta kegigihan orang tempo dulu mempertahankan diri melawan penjajah dengan menunggang kuda tanpa pelana, cukup dengan cemeti serta tali kekang.

Tidak seperti teman sebayanya, Hafif tidak perlu menyewa kuda dengan harga mahal yang ditawarkan para pemilik kuda setiap tahunnya. Lantaran orangtuanya memelihara kuda secara turun temurun. Dia berharap khususnya kepada pemerintah, agar tradisi itu diperhatikan. Artinya, paling tidak menjadi kalender budaya tahunan, karena tradisi ini hanya bisa ditemukan di Jantuk. Kedua, fasilitas penunjang dan promosi – promosi kepada masyarakat luar bisa digalakkan, sehingga eksistensi tradisi tersebut bisa dikenal. (cem/suara ntb)

Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive